Kamis 15 Dec 2016 20:29 WIB

BI Nilai Ketidakpastian Kebijakan The Fed Masih Berlanjut

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
 Logo Bank  Indonesia, Bank Indonesia
Foto: Reuters/ Iqro Rinaldi
Logo Bank Indonesia, Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 4,75 persen. Bank sentral menegaskan, arah kebijakan ke depannya akan tetap menyeimbangkan antara stabilitas makro ekonomi dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung menjelaskan, dari sisi global masih ada ketidakpastian meskipun suku bunga acuan bank sentral AS Fed Fund Rate telah diputuskan untuk naik. Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada 2017 naik dari 2,00 persen menjadi 2,1 persen dan data pengangguran di AS juga menurun dari 4,6 persen ke 4,5 persen. Namun, kebijakan The Fed ke depannya pun dinilai masih banyak ketidakpastian.

Karena meskipun Gubernur The Fed juga menyebutkan tidak perlu ada tambahan stimulus fiskal, tetapi sebagian anggota FOMC memasukkan proyeksi kebijakan fiskal yang lebih ekspansif yang kemudian mendorong inflasi. Kemudian pada akhirnya perlu direspon kebijakan moneter yang lebih agresif.

"Untuk itu BI akan lakukan reassesment, karena awalnya kami prediksi FFR naik dua kali menjadi tiga kali. Karena semua ini penuh ketidakpastian," kata Juda.

Sementara itu dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi membaik, sehingga akhir 2016 akan tumbuh lebih dari 5,0 persen, meningkat dari 4,8 persen pada 2015. Pertumbuhan ekonomi yang membaik tersebut didukung oleh konsumsi dan investasi, khususnya bangunan, yang tercatat cukup kuat.

Sementara itu, ekspor masih mengalami kontraksi, meskipun mulai membaik pada kuartal IV 2016. Pada 2017, perekonomian memasuki fase pemulihan ditandai dengan kondisi sektor korporasi yang membaik dan dukungan pembiayaan yang diperkirakan kembali meningkat, baik dari kredit perbankan maupun pembiayaan pasar modal.

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat pada kisaran 5,0-5,4 persen ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat dan pulihnya kinerja ekspor sejalan dengan membaiknya harga-harga komoditas ekspor Indonesia.

Ekonom Kenta Institute, Eric Sugandi menilai keputusan BI ini karena risiko tekanan eksternal terhadap rupiah beberapa saat setelah FFR naik. "Saya masih lihat ada ruang BI 7 Day RR Rate turun 25-50 bps tahun depan walau FFR naik. Karena tahun depan saya expect inflasi di akhir 2017 di 3,5 persen yoy,"kata Eric.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement