REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) optimistis perekonomian Indonesia pada 2017 bisa tumbuh pada kisaran 5,3-5,6 persen. Prediksi tersebut melebihi asumsi yang diproyeksikan pemerintah dalam APBN sebesar 5,1 persen.
"Hasil proyeksi LIPI memperlihatkan hasil yang sedikit lebih optimistis dari pemerintah. Pesan moralnya adalah 'ayo kamu bisa'. Tahun 2017, kita berada di 5,3 persen-5,6 persen atau level moderat 5,45 persen," kata Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Maxensius Tri Sambodo di Jakarta, Rabu (14/12).
Maxensius menjelaskan konsumsi rumah tangga maupun pemerintah bisa menjadi pendorong utama perekonomian, sebagai dampak dari laju inflasi yang relatif terkendali karena diproyeksikan hanya mencapai empat persen pada 2017. Selain itu, rendahnya suku bunga acuan yang didukung oleh implementasi 14 jilid paket kebijakan ekonomi dapat mendorong kinerja investasi, sehingga bisa berdampak positif kepada kinerja pertumbuhan ekonomi mulai tahun depan.
"Rendahnya suku bunga domestik bisa menyumbang investasi. Selain itu kemungkinan besar dampak 14 paket kebijakan, yang bisa memberikan kemudahan atas prosedur perizinan investasi, mulai terealisasi pada 2017," kata Maxensius.
Namun, sektor ekspor diperkirakan belum mengalami pemulihan, akibat adanya perlambatan perekonomian global, sehingga upaya melakukan diversifikasi pasar ekspor baru di Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin harus disiapkan.
Dalam kesempatan tersebut, LIPI juga memproyeksikan laju inflasi sebesar empat persen pada 2017 dengan catatan faktor kenaikan harga minyak dunia, akibat pembatasan produksi minyak OPEC, dan harga pangan harus menjadi perhatian khusus.
Untuk nilai tukar, LIPI memperkirakan sepanjang 2017 berada pada kisaran Rp13.252 per dolar AS, karena adanya surplus neraca pembayaran akibat masuknya arus modal serta dana repatriasi dari program amnesti pajak.
Secara keseluruhan, LIPI mengharapkan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang berlangsung pada Februari 2017 bisa berlangsung secara kondusif, karena membaiknya iklim demokrasi berkorelasi positif dengan pergerakan kemajuan ekonomi.
Stabilitas dan kondusifitas politik nasional maupun daerah tersebut, bisa menjadi determinan kunci untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam menjaga iklim investasi nasional yang saat ini sedang tumbuh baik.