REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi sekaligus Chief Economist BNI, Ryan Kiryanto menjelaskan, proyeksi pertumbuhan kredit perbankan nasional pada 2017 berkisar 10-12 persen. Pertumbuhan didorong oleh serapan kredit di sektor infrastruktur pemerintah yang memberi dampak ganda ke permintaan kredit ke subsektor lainnya seperti bangunan, konstruksi, material (khususnya semen, besi, baja).
Ia melihat pemerintah juga sedang giat membangun sejumlah venue cabang olah raga menyambut Pesta Olahraga se-Asia atau Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Ia mengatakan sektor eceran juga akan menggeliat sebagai dampak aktivitas ekonomi.
"Apalagi indeks kepercayaan konsumen Indonesia pada 2017 terbaik ketiga setelah India dan Filipina di antara 14 negara Asia yg disurvei oleh AC Nielsen. Dengan demikian kombinasi permintaan kredit produktif dari segmen wholesale, middle dan UKM baik untuk kredit modal kerja maupun kredit investasi akan membaik, disertai perbaikan serapan kredit konsumtif di sektor ritel," ujar Ryan melalui pesan elektroniknya, Senin (12/12).
Ia juga mengatakan ke depan, pertumbuhan kredit juga akan ditopang dengan permintaan kendaraan roda empat dan dua yang akan meningkat. Juga permintaan KPR. Permintaan terhadap keperluan rumah tangga juga diperkirakan membaik.
"Tak ketinggalan sektor pariwisata juga akan menggeliat terutama setelah ditetapkan 10 daerah destinasi wisata unggulan. Alhasil sektor transportasi, perdagangan dan perhotelan (sektor hospitality) juga akan membaik," ujarnya.
Ia mengatakan membaiknya harga minyak akan memperbaiki sektor pertambangan dan penggalian serta komoditas primer pada umumnya. Juga membaiknya harga CPO akan mengerek kredit ke sektor agriculture.
"Stabilitas politik yang terjaga juga mendorong gairah pelaku usaha. Soal likuiditas, BI terus memperhatikan hal ini dengan kebijakan makroprudensialnya agar likuiditas tidak cenderung ketat," ujar Ryan.