REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan pertumbuhan kredit 2017 bisa lebih tinggi dari tahun ini. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon menjelaskan, bila tahun ini pertumbuhan kredit berada di kisaran 7 hingga 9 persen, maka 2017 pemerintah lebih optmistis dengan pertumbuhan kredit di angka 9 sampai 11 persen.
Nelson beralasan, adanya 14 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah bisa memberikan dorongan kredit tumbuh lebih tinggi. Selain itu, adanya perbaikan harga komoditas akan membuat kondisi ekonomi makro secara umum lebih baik. Imbasnya, pertumbuhan kredit lebih positif.
Adanya program amnesti pajak juga dianggap mampu mendorong permintaan kredit bank pada 2017. Nelson melanjutkan, porsi penyaluran kredit dipercaya akan naik seiring dengan mengalirnya dana repatriasi hingga akhir tahun ini. "Paket pemerintah itu kalau saya lihatnya dampaknya akan terasa setelah sekian waktu. Saya berharap tahun depan akan kelihatan," ujar Nelson, Senin (12/12).
Di sisi komoditas, Nelson melanjutkan, naiknya harga kelapa sawit juga membuat optimisme pelaku industri bertambah. Artinya, kebutuhan dana segar bagi pelaku usaha untuk melebarkan usaha akan memperderas penyaluran kredit.
"Nah kalau tren terus berlanjut, tentunya tahun depan akan mestinya bisa lebih baik dari tahun 2016. Tantangan selalu ada, tapi saya lihat pemerintah selalu menjawab tantangan-tantangan itu, apalagi dengan kehadiran Menteri Keuangan yang baru," kata Nelson.