REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada hari ini, Rabu (7/12), bergerak menguat sebesar 44 poin menjadi Rp 13.305, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.349 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah kembali menguat bersamaan dengan penguatan kurs di kawasan Asia terhadap dolar AS. Harga minyak mentah dunia yang sedang berada dalam tren penguatan masih menjadi pemicu utama selain sentimen positif dari domestik," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu (7/12).
Ia menambahkan bahwa aliran masuk dana asing masih cukup besar, terutama ke pasar obligasi juga turut menjaga sentimen penguatan rupiah terhadap dolar AS hingga akhir tahun. Meski penguatan rupiah masih terbuka, lanjut dia, namun faktor global akan mendominasi terutama sentimen hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya, situasi itu dapat menahan laju rupiah.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa risiko global dari kenaikan suku bunga bank sentral AS diharapkan sesuai proyeksi pasar sehingga dampaknya tidak besar yang dapat mempengaruhi laju mata uang rupiah ke depannya. "Pelaku pasar cenderung sudah memfaktorkan risiko The Fed, diharapkan kenaikan suku bunganya tidak terlalu besar," katanya.
Ia mengatakan bahwa meski rupiah masih berpeluang menguat, namun tetap cermati berbagai sentimen?yang ada serta waspadai munculnya aksi jual maupun aksi borong dolar AS yang dapat berimbas pada pembalikan arah rupiah.