Rabu 30 Nov 2016 08:57 WIB

Harga Minyak Dunia Merosot

Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia merosot hampir empat persen pada Selasa (29/11) atau Rabu (30/11) pagi WIB. Penurunan harga ini terjadi di tengah berita bahwa produsen-produsen minyak utama tidak setuju tentang distribusi pengurangan produksi.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari tahun depan, turun 1,85 dolar AS menjadi menetap di 45,23 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari 2017, berkurang 1,86 dolar AS menjadi ditutup pada 46,38 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Laporan-laporan media mengatakan pada Selasa (29/11) bahwa Iran dan Irak telah menolak tekanan dari Arab Saudi untuk memangkas produksi minyak mentah, sehingga sulit bagi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mencapai kesepakatan pembatasan produksi global ketika bertemu pada Rabu (30/11).

Sumber-sumber OPEC mengatakan kepada Reuters, pertemuan para ahli di Wina pada Senin gagal menjembatani perbedaan antara pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, dengan kelompok produsen kedua dan ketiga terbesar atas mekanisme pemotongan produksi.

"Pemulihan pangsa Iran yang hilang di pasar minyak adalah kehendak nasional dan tuntutan rakyat Iran," kantor berita Iran Shana mengutip perkataan menteri minyak negara itu Bijan Zanganeh, yang dijadwalkan tiba di Wina pada Selasa (29/11).

OPEC, yang menyumbang sepertiga produksi minyak dunia, pada September menyepakati untuk membatasi produksi pada sekitar 32,5-33,0 juta barel per hari dibandingkan dengan saat ini 33,64 juta barel per hari untuk menopang harga minyak, yang telah terbelah sejak pertengahan 2014. Iran berpendapat pihaknya ingin menaikkan produksi untuk mendapatkan kembali pangsa pasarnya yang hilang di bawah sanksi-sanksi Barat, ketika rival politiknya Arab Saudi meningkatkan produksi. 

Dalam beberapa pekan terakhir, Riyadh menawarkan untuk memangkas produksinya sendiri sebesar 0,5 juta barel per hari, menurut sumber-sumber OPEC, dan menyarankan pembatasn produksi Iran di bawah empat juta barel per hari. Teheran telah mengirimkan sinyal beragam termasuk ingin memproduksi 4,2 juta barel per hari.

Irak juga telah menekankan untuk batas produksi yang lebih tinggi, mengatakan bahwa negaranya perlu lebih banyak uang untuk melawan kelompok militan Negara Islam (ISIS). Argumen antara Irak dan Arab Saudi terutama berfokus pada apakah Baghdad harus menggunakan perkiraan produksinya sendiri untuk membatasi produksi atau mengandalkan angka yang lebih rendah dari para ahli OPEC.

Sementara itu, Rusia mengatakan tidak akan menghadiri pembicaraan utama dengan OPEC pada Rabu di Wina, Austria. Beberapa analis termasuk Morgan Stanley dan Macquarie telah mengatakan harga minyak akan terkoreksi tajam jika OPEC gagal untuk mencapai kesepakatan, berpotensi akan mencapai serendah 35 dolar AS per barel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement