REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menyatakan hingga kini pihaknya masih dalam proses negosiasi dan pengkajian dengan investor dalam pembangunan proyek Terminal Regasifikasi LNG di Bojonegara, Serang. Namun dipastikan, keberadaan proyek tersebut nantinya akan mampu menekan harga jual gas, khususnya di wilayah Jawa Barat, serta memperkuat infrastruktur gas Pertamina.
“Kita memang fokusnya bagaimana harga gas bisa serendah mungkin, Jadi, bagaimana gas bisa masuk ke Jawa Baray dan pulau Jawa umumnya dengan tarif semurah mungkin,” kata Dwi Sutjipto dalam keterangannya saat mengisi acara Pertamina Eco Run, di Serpong, Ahad (20/11).
Dwi menjelaskan, saat ini masih dalam pengkajian karena infrastruktur yang dibangun swasta itu nantinya akan digunakan Pertamina. “Maka tentu saja Pertamina memiliki requirement apa saja, misalnya tarif yang harus dibayar, throught put-nya bagaimana. Itu masih dalam pembicaraan. Investor juga tentu mempunyai kepentingan sendiri.ini masih dalam proses negosiasi,” kata Dwi menjelaskan.
Menurut Dwi, Pertamina tidak menutup kemungkinan untuk masuk dalam proyek tersebut. “Karena memang Pertamina juga akan gunakan, maka supaya kita tahu tarifnya adalah riel, maka Pertamina akan jadi bagian di proyek itu,” katanya.
Dia menekankan proyek Terminal Regasifikasi LNG Bojonegara ini harus lebih efisien dari proyek yang sudah ada. Adapun sumber gas yang akan diolah nantinya bisa berasal dari berbagai tempat, seperti dari Proyek Tangguh ataupun impor.
Dwi juga menegaskan proyek ini tidak bersifat eksklusif. “Jadi kalau misalnya di tempat lain ada yang mau bangun, gak ada masalah. Malah bisa memperkuat infrastruktur Pertamina,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Gas, Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani juga pernah mengatakan, PT BSM menawarkan kerja sama pembangunan LNG Receiving Terminal sejak awal 2014. “Kemudian, dengan pertimbangan sejalan dengan rencana bisnis, Pertamina menyambut tawaran itu,” kata dia. Proyek Terminal Regasifikasi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) darat (onshore) Bojonegara akan dibangun Kalla Group melalui anak perusahaannya, PT Bumi Saranan Migas (BSM), dengan kapasitas 500 juta kaki kubik per hari (millions standard cubic feet per day/mmscfd).
Juru Bicara Bumi Sarana Migas Nanda Sinaga sebelumnya mengatakan, proyek ini merupakan gagasan Kalla Group yang kemudian ditawarkan kerja sama kepada Pertamina pada 2013. Fasilitas ini rencananya akan memiliki tingkat keandalan tinggi dan kompetitif dibandingkan fasilitas sejenis di Indonesia dan regional.
Dia menjelaskan, ketertarikan Kalla Group untuk membangun terminal regasifikasi LNG ini lantaranya adanya data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan kajian Wood MacKenzie mengenai Outlook Suplai Gas 2013-2030. Menurut data tersebut, wilayah Jawa bagian Barat akan defisit gas sebagai dampak dari berkurangkan dan akan habisnya cadangan gas di Sumatra, sementara permintaan justru naik.
Proyek terminal regasifikasi LNG darat ini diperkirakan memiliki nilai investasi sekitar Rp 10 triliun. Pendanaan proyek ini akan berasal dari modal pemegang saham serta pinjaman dari lembaga keuangan Jepang, yakni lembaga keuangan Pemerintah Jepang dan perbankan Jepang. Pinjaman tersebut membuat proyek terminal regasifikasi mampu mendistribusikan gas dengan biaya regasifikasi yang lebih murah dari fasilitas sejenis. Sehingga, proyek ini akan sejalan dengan rencana pemerintah untuk menurunkan harga gas dalam negeri.