Jumat 18 Nov 2016 06:44 WIB

Harga Minyak Dunia Turun Tertekan Dolar AS

Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia berakhir turun pada Kamis (17/11) atau Jumat (18/11) pagi WIB, karena dolar AS yang kuat mengimbangi optimisme pasar atas kesepakatan pembekuan produksi minyak.

Dolar AS naik terhadap mata uang utama lainnya pada Kamis (17/11), setelah GUbernur Federal Reserve (FED) Janet Yellen mengatakan bank sentral semakin dekat untuk menaikkan suku bunga utamanya. Kurs dolar AS yang kuat membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal dan kurang menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Sementara itu, pasokan minyak mentah yang berlimpah juga membebani pasar. Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), persediaan minyak mentah AS (tidak termasuk Cadangan Bahan Bakar Strategis) naik 5,3 juta barel pekan lalu menjadi 490,3 juta barel, atau bertambah 7,7 persen secara tahun ke tahun.

Sementara itu, negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC akan mengadakan pertemuan informal dan konsultasi pada Jumat (18/11) untuk mencapai kesepakatan mengenai situasi pasar energi saat ini.

Aljazair dan Arab Saudi mengatakan awal pekan ini mereka optimis bahwa hasil akhir kesepakatan pembekuan bisa dilakukan pada akhir bulan ini. Rusia juga menyatakan kesediaannya untuk mendukung kesepakatan tersebut.

OPEC mencapai kesepakatan awal untuk mengekang produksi minyak mereka pada September dan akan bertemu pada 30 November untuk meresmikan kesepakatan tersebut. Namun, ketidaksepakatan masih berlanjut di antara para produsen tentang rincian dari rencana mereka.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2016 kehilangan 15 sen menjadi menetap di 45,42 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari 2017 turun 14 sen menjadi ditutup pada 46,49 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement