Selasa 15 Nov 2016 00:52 WIB

Penguatan Harga CPO dan Batu Bara Hanya Sementara

Rep: Frederikus Bata/ Red: Budi Raharjo
Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.
Foto: Antara
Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas perdagangan di sektor energi seperti batu bara dan minyak mentah kelapa sawit (CPO/Crude Palm Oil) mengalami kenaikan. Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menilai penguatan ini bersifat temporer dan sangat bergantung pada ekonomi global.

Ia menggambarkan saat ini permintaan komoditas batu bara Cina melambat. Demikian juga di India. Untuk CPO, kapasitas produksi dalam negeri, kata dia, masih sangat besar. "Jadi kalau permintaan ekspor naik, pengusaha CPO pasti akan memenuhi," katanya kepada Republika, Senin (14/11).

Ia memprediksi, dalam satu dekade mendatang komoditas sumber daya alam masih mendominasi perdagangan Indonesia. Namun besaran pergerakan harga dari waktu ke waktu sangat tinggi. "Ini yg perlu diwaspadai oleh pemerintah. Di Eropa yg jadi salah satu pasar utama cpo kita, perlindungan lingkungan dan perubahan iklim sangat penting. Ini bisa jadi hambatan ekspor ke depan," ujarnya.

Untuk Batubara, ia meminta pemerintah mulai membatasi ijin pertambangan. Pemerintah menurutnya, tidak perlu memasang target produksi terlalu tinggi. "Secara bertahap kurangi produksi batu bara, hentikan perpanjangan ijin yg sudah habis," tuturnya.

Fabby memperkirakan dalam dua dekade mendatang, penggunaan batubara global akan menurun. Sebab dunia tengah berupaya menanggulangi ancaman perubahan iklim. "Pemerintah harus dorong sektor jasa dan manufaktur, hilirisasi minerba utk bisa menggantikan penerimaan dari batubara dan tambang lainnya," ujar Fabby.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement