REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menepis isu kaburnya investor asing dari Indonesia sebagai kekhawatiran atas stabilitas ekonomi Indonesia setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Ia menjelaskan, kondisi saat ini hanya lah aksi tunggu yang dilakukan oleh pasar terhadap situasi perekonomian AS dan kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang akan menaikkan suku bunganya akhir tahun ini. Terlebih, kebijakan The Fed ini akan memengaruhi jumlah surat utang yang akan diterbitkan AS dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan.
Sri menilai, pasar pun sedang menimbang positif dan negati mempertahankan investasinya di negara berkembang termasuk Indonesia. Meski begitu, Sri menegaskan bahwa Indonesia yang memiliki eksposur utang yang lebih baik dari negara lain dan defisit anggaran yang relatif masih baik berada di kondisi ekonomi yang stabil.
"Sehingga dari sisi itu secara rasional fondasi ekonominya masih bisa dijelaskan dengan angka-angka yang cocok. Artinya kredibel. Sehingga faktor spekulasi bisa diredam," ujar Sri di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (11/11).
Di sisi lain, Sri juga menyebutkan bahwa profil utang Indonesia masih tergolong kecil dan rasio utang yang rendah. Ditambah dengan defisit APBN yang lebih kecil dibandingkan negara lain, Sri menegaskan bahwa ekonomi Indonesia baik-baik saja.
"Dan itu yang ingin saya tekankan bahwa tidak ada alasan untuk mereka khawatir terahdap fondasi pengelolaan APBN sehingga dia harus melepaskan surat berharga negaranya," ujar Sri.