Kamis 10 Nov 2016 19:14 WIB

Pertamina Sukses Lakukan Efisiensi

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nur Aini
Salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) sukses melakukan efisiensi sehingga mampu menekan biaya operasional. ''Efisiensi yang telah dilakukan, berhasil memangkas biaya sekitar 27% selama sembilan bulan pertama tahun ini,” kata Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, Kamis (10/11).

Ia mengatakan kinerja hulu pada periode triwulan III 2016 ini mencapai 646 ribu barel setara minyak per hari terdiri dari 309 ribu barel per hari minyak dan 1.953 mmscfd gas. Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 12.3% dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Sementara pencapaian produksi listrik panas bumi mencapai 2.233 GwH setara listrik.

Adapun, transportasi gas mencapai 393 BSCF dengan penjualan gas perusahaan mencapai 530 BBTU. Breakthrough Project 2016 yang ditargetkan mencapai US$1,64 miliar hingga akhir tahun 2016, hingga akhir triwulan ke–III telah tercapai sebesar US$1,643 miliar.

''Capaian tersebut berasal dari efisiensi dan penciptaan nilai tambah serta proyek terobosan perusahaan,'' kata Dwi. Efisiensi biaya operasi hulu sebesar US$834 juta yang menjadi penyokong utama bagi realisasi Breakthrough Project 2016 mencerminkan strategi perusahaan untuk fokus pada lapangan-lapangan kerja yang memberikan dampak finansial besar bagi perusahaan.

Inovasi-inovasi pemasaran produk dan layanan unggulan Pertamina, sentralisasi pengadaan hydrocarbon dan non hydrocarbon, penekanan losses dari program pembenahan tata kelola arus minyak, inisiatif-inisiatif pengolahan, baik efisiensi maupun optimalisasi bottom products, serta pemangkasan biaya operasi kantor pusat pada umumnya memberikan dampak finansial dalam pencapaian target.

Dwi mengatakan Pertamina juga berhasil menekan biaya pokok produksi kilang yang berada di kisaran 104,2% MOPS hingga September 2015, turun menjadi 98,2% pada periode yang sama tahun ini, dan menjadikan harga produk kilang Pertamina lebih kompetitif. Yield valuable product kilang juga meningkat dari semula di kisaran 74,39% hingga September 2015, hingga September 2016 menjadi 77,79%.

Adapun, penjualan BBM dan non BBM meningkat tipis dibandingkan dengan tahun lalu. Penjualan BBM pada triwulan III 2016 mencapai 47,77 juta KL atau naik tipis sekitar 4,3% dari 45,81 juta KL pada periode yang sama tahun lalu. Sementara untuk penjualan Non BBM sampai dengan akhir September  2016 mencapai 6,64 juta KL dari atau naik 4,8% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Laba Perusahaan

PT Pertamina (Persero) meraih laba bersih sebesar 2,83 miliar dolar AS pada kuartal ke III 2016. Jumlah itu membuat laba bersih Pertamina di atas sejumlah operator asing yang bergerak di bidang energi pada periode yang sama.

Berdasarkan data Bloomberg, laba bersih Pertamina menduduki peringkat satu. Menyusul, ExxonMobil di posisi kedua. Perusahaan Migas asal Amerika Serikat itu meraih laba bersih sebesar 2,65 miliar dolar AS pada kuartal ke III 2016. Kemudian Total E&P (1,98 miliar dolar AS), Shell (1,38 miliar dolar AS), Chevron (1,28 miliar dolar AS), Peronas (0,3 miliar dolar AS).

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, pihaknya akan terus terpacu untuk meningkatkan kinerja sehingga bisa memberi dampak positif bagi perusahaan itu sendiri dan masyarakat Indonesia. Ia mencontohkan Pertamina telah melakukan penambahan kapasitas dan menaikkan kualitas empat kilang. Biaya peningkatan kualitas setiap kilang membutuhkan dana 5 miliar dolar AS.

"Semua ini diperuntukkan bagi masyarakat untuk bisa dibangun infrastruktur gas," kata Wianda.

Ia mengatakan, Pertamina berkomitmen melayani BBM satu harga di Papua dan sejumlah daerah terpencil lainnya. Semua itu, ujar Wianda, membutuhkan biaya yang besar. "Karena itu kinerja Pertamina harus meningkat terus," kata dia.

Pengamat Energi Marwan Batubara mengapresiasi kinerja Pertamina. Menurutnya, keuntungan tersebut harus dikembalikan ke rakyat melalui PNBP yang meningkat dan deviden atau diinvestasikan agar perusahaannya bisa tumbuh lebih besar. Marwan meminta Pertamina mengembangkan lapangan-lapangan migas baru.

Dengan harga minyak dunia yang berubah-ubah, Pertamina diharapkan memberi kompensasi kepada masyarakat untuk membantu daya beli. "Sebagian keuntungan dipakai (dana kompensasi), itu namanya dana stabilisasi," ujar Marwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement