REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami kemerosotan. Pada kuartal III 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi hanya berada di angka 5,02 persen, turun dibandingkan kuartal II sebesar 5,18 persen.
Salah satu sektor yang membuat pelemahan ini adalah ekspor impor. kinerja ekspor Indonesia pada kuartal III-2016 mengalami minus 6 persen. Serupa dengan ekspor, kinerja impor juga masih minus 3,87 persen.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pelemahan ekspor impor memang membuat perekonomian Indonesia menurun. Bahkan tertahannya sektor ini masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. "kita harus cari substitusi ekspor," kata Shinta, Selasa (8/11).
Shinta menyarankan agar pemerintah segera mencari pasar non-tradisional atau pasar baru untuk mengekspor produk baik dari manufaktur maupun pertambangan. Sebab saat ini pasar tradisional masih menahan membeli produk karena situasi ekonomi di negara tersebut juga masih lemah.
Melalui pangsa pasar baru, menurutnya, Indonesia tidak lagi sepenuhnya bergantung untuk menjual produk pada negara yang selama ini memberikan banyak pemasukan.Shinta mengatakan banyak negara yang menjadi tujuan seperti Cina dan Singapura maupun negara-negara di Eropa belum bisa meningkatkan kembali serapan produk Indonesia.
"Mereka masih menunggu perkembangan ekonomi secara global baru berani berekspansi kembali dalam menyerap produk-produk ekspor," ujarnya.
Awal pekan ini, BPS merilis adanya kemerosotan kinerja ekspor impor karena perlambatan dari negara tujuan seperti Cina yang tidak mengalami pertumbuhan, Singapura turun dari 2 persen menjadi 0,6 persen. Kemudian Korea Selatan yang mengalami penurunan dari 3,3 persen menjadi 2,7 persen.
Adanya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang mengalami kenaikan dari 1,3 persen menjadi 1,5 persen belum memberikan dampak baik bagi kinerja ekspor impor Indonesia.