Senin 07 Nov 2016 20:52 WIB

Harga Batu Bara Terancam Kembali Turun

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nur Aini
Produksi batu bara, ilustrasi
Produksi batu bara, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia meminta para pelaku industri tambang tidak terlena dengan adanya kenaikan harga jual batu bara pada November 2016. Sebab tren ini, menurut dia, belum tentu berkelanjutan.

"Harga saat ini belum tentu menjadi harga jangka panjang," kata Hendra saat ditemui dalam acara diskusi dan peluncuran buku Biografi Soetaryo Sigit di Adaro Institute, Gedung Tempo Scan, Jakarta, Senin (7/11).

Ia menerangkan, naiknya HBA dipicu oleh kebijakan Cina yang membatasi produksi batu bara yang membuat permintaan meningkat. Ia khawatir kebijakan tersebut tidak berlangsung lama. Ada kemungkinan pemerintah negeri tirai bambu merevisi ketetapan yang sudah mereka keluarkan. Sepanjang Cina melakukan kebijakan, kata dia, dampaknya ke pasar.

"Jadi harganya yang tadinya mau melambung, bisa turun, dan ada informasi Cina sudah mulai (berniat revisi), yang tadinya jam kerjanya dikurangi dari 330 ke 260, sekarang pelan-pelan dia mau menaikkan lagi," tutur Hendra.

Kondisi tersebut, menurut dia, memengaruhi perencanaan bisnis perusahaan tambang. Karena itu, pelaku industri tambang dinilai perlu mencermati tren fluktuatif yang terjadi.

"Jangan lupa, pelaku industri batu bara ini sempat tertidur karena krisis dari 2012 sampai terakhir ini. Jadi mereka pun masih segar ingatannya bahwa harga bisa begini (turun lagi)," uja Hendra.

Terkait HBA bulan ini, Hendra menilai tidak semua perusahaan merasakan dampak positif dari kenaikan yang terjadi. Hal ini karena sebagian perusahaan menentukan harga jual berdasarkan kontrak jangka panjang.

"Perusahaan yang mempunyai kontrak spot jangka panjang, harganya sudah dipatok, misalnya 50 dolar per ton, pada saat harga 80 (dolar per ton), ya tetap 50 (dolar per ton)," tuturnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan harga batu bara acuan (HBA), sebesar 84,89 dolar AS per ton pada November 2016. Jumlah tersebut naik 23 persen jika dibandingkan HBA Oktober, yakni sebesar 69,07 per ton.  HBA November menjadi rekor tertinggi sejak Mei 2013. Pada Mei 2013, HBA tercatat 85,33 dolar AS. Sejak Januari 2009,  HBA tertinggi terjadi pada Februari 2011, yakni 127,05 dolar AS. Sementara pada Februari 2016, angka 50,92 dolar AS per ton menjadi HBA terendah dalam 6-7 tahun terakhir.

Baca juga: DPR Minta Pemerintah Buat Peta Jalan Produksi dan Ekspor Batu Bara

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement