Kamis 03 Nov 2016 17:19 WIB

Pemerintah Sebut Pasar Sudah Antisipasi Pengaruh Bunga The Fed

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebutkan pasar domestik sudah mengantisipasi keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk mempertahankan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, sikap The Federal Reserve untuk menahan suku bunga acuan merupakan pengakuan bahwa AS masih melihat ketidakstabilan ekonomi mereka, terlebih menjelang pemilihan Presiden AS pekan depan.

Darmin mengaku, perekonomian Indonesia tidak akan terimbas secara signifikan atas keputusan The Fed untuk menahan suku bunganya. Bahkan, Darmin menilai bila The Fed menaikkan suku bunga pun tidak akan memberikan efek besar ke perekonomian domestik. Bank Sentral AS, kata Darmin, akan menaikkan suku bunganya di saat kepastian ekonomi AS sudah membaik entah pada Desember tahun ini atau memasuki tahun depan.

"Ya, kenapa jadi pusing? Kita sudah jalani ini selama berbulan-bulan, selama bertahun-tahun bahkan, tidak ada apa-apa kok," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/11).

Perekonomian Indonesia, kata Darmin, seolah sudah mampu mengikuti alur ketidakpastian yang ditawarkan oleh The Federal Reserve. Iklim ekonomi yang ada saat ini, menurutnya, sudah lebih stabil dibanding dengan kondisi 10 bulan yang lalu di mana pasar masih dinamis mengantisipasi kenaikan suku bunga AS.

Darmin menilai, kenaikan suku bunga AS merupakan upaya pemerintah AS untuk mendorong terbukanya lapangan kerja. Tujuan kedua kenaikan FFR, kata dia, untuk menaikkan inflasi lantaran nilai inflasi saat ini terlampau rendah. Nilai inflasi yang rendah saat ini, menunjukkan permintaan yang minim di pasar AS. "Ya, sudah, jangan terlalu menanggap bahwa ini adalah masalah yang bisa mengacaukan kita. Dan dia, kalau pun naik, paling naiknya 0,25 persen, apalagi kalau dia tidak naik," ujarnya.

Darmin bahkan menyebutkan bahwa ruang lebar justru tersedia untuk Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan. Alasannya, inflasi yang rendah di bawah tiga persen memberikan peluang untuk mencatatkan inflasi tahunan juga di bawah tiga persen. "Kalau dilihat, saya malah bilang bahwa inflasi kita tahun ini itu akan di bawah tiga persen, bisa-bisa hanya di 2,5 persen. Nah, itu artinya apa? Itu artinya peluang untuk menurunkan lebih lanjut terbuka," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement