Selasa 25 Oct 2016 19:54 WIB

BI Gelar Indonesia Shari'a Economic Festival 2016

 Kepala Departemen Regional II Bank Indonesia (BI) Dwi Pranoto (kanan) serta Kepala Departemen Komunikasi BI Tirta Segara (kiri) menyampaikan paparannya jelang Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) di Gedung BI, Jakarta, Jumat (21/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Departemen Regional II Bank Indonesia (BI) Dwi Pranoto (kanan) serta Kepala Departemen Komunikasi BI Tirta Segara (kiri) menyampaikan paparannya jelang Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) di Gedung BI, Jakarta, Jumat (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI)  menggelar Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) yang ketiga. Ajang yang berlangsung di Grand City Surabaya, Jawa Timur mulai Senin (24/10) hingga 30 Oktober 2016 ini merupakan program BI dalam mendukung pengembangan industri keuangan syariah di Tanah Air.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, ISEF merupakan salah satu event ekonomi dan keuangan syariah terbesar di Indonesia yang mengintegrasikan pengembangan sektor keuangan dengan perekonomian sektor riil. ISEF pertama kali diselenggarakan pada 2014 bersamaan dengan pertemuan Gubernur Bank Sentral Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

"ISEF menandakan peran aktif Indonesia sebagai poros pengembangan ekonomi syariah internasional yang mampu menjawab tantangan global terkait perkembangan keuangan syariah dunia, serta relevansinya terhadap kesinambungan program pembangunan ekonomi inklusif," ujar Tirta, Jumat (21/10).

Tirta menjelaskan, ISEF pada tahun ini mengusung tema, ‘Memasyarakatkan nilai-nilai ekonomi shariah melalui lima elemen, yakni finance, food, fashion, fantrepreneur, dan fundutainment (5F)’.  Kegiatan ini melibatkan berbagai lembaga dan entitas bisnis, di antaranya Bank Indonesia, pemerintah pusat dan daerah, otoritas terkait, lembaga internasional, investor, dan institusi keuangan syariah.

Menurut Tirta, ISEF memiliki misi untuk mengintegrasikaan pemikiran serta merealisasikan dalam bentuk inisiatif nyata yang berdampak terhadap perekonomian nasional dan internasional. Bentuk integrasi tersebut yakni melalui pencapaian center of excellence yang berfokus pada pengembangan sektor keuangan dan sektor riil berbasis syariah, perumusan kebijakan dan kajian strategis, penguatan kelembagaan, tata kelola, dan sumber daya insani.

Dalam ajang tersebut, akan dilakukan berbagai agenda seminar dan workshop mengenai sosialisasi pasar keuangan syariah, seminar Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), serta bedah buku. Selain itu, ada pula international working group meeting on waqf core principles, dan launching SaTu Akses sebagai akselerasi dan pengembangan ekonomi syariah nasional.

Direktur Eksekutif Departemen Regional II Bank Indonesia Dwi Pranoto menambahkan, ajang ISEF bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah dunia. Menurutnya, ISEF memang sudah paten dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur setiap tahun mengingat di wilayah tersebut banyak tersebar pesantren sehingga ada potensi untuk dilakukan inklusi keuangan.

"Kami juga ingin menjadikan Jawa Timur sebagai regional ekonomi syariah terbesar di Indonesia," kata Dwi.

Disebutkan, pada tahun ini ISEF ingin memperluas keuangan inklusif dalam rangka menigkatkan akses keuangan masyarakat, termasuk transaksi nontunai, dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) terhadap layanan lembaga keuangan syariah. Selain itu, ingin pula mengembangkan pendalaman pasar keuangan, model bisnis UMKM, dan pola kemitraan dengan korporasi. ISEF juga ingin mengintegrasikan hasil kajian serta pengembangan ekonomi syariah di sektor keuangan, dan sektor riil.

"Kali ini kami melakukan kombinasi antara bisnis dengan inklusi,"  kata Dwi.

Pengembangan ekonomi pesantren

Kepala Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia Yunita Resmi Sari mengatakan, pihaknya telah menyusun kajian roadmap pengembangan kemandirian ekonomi pesantren. Kajian tersebut bertujuan memberikan gambaran tingkat kompetisi lembaga pesantren sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan yang sangat penting di dalam masyarakat. Kajian tersebut juga sekaligus memberikan masukan dalam bentuk strategi pengembangan kapasitas ekonomi pesantren, khususnya dalam mencapai tingkat kesinambungan operasionalnya.

"Kajian ini akan dilaunching pada kegiatan Sharia Forum FGD Roadmap Pesantren di ISEF pada 26 Oktober 2016," kata Yunita.

Menurut Yunita, pesantren memiliki peran strategis dalam mendorong ketahanan pangan dan pengembangan bisnis syariah. Sebab, pada umumnya  lembaga pendidikan agama Islam ini bergerak di sektor pertanian dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah. Apalagi, sebagian besar pesantren merupakan pusat-pusat ekonomi desa yang berperan dalam pengembangan riil aktivitas ekonomi syariah. adv

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement