Senin 24 Oct 2016 10:45 WIB

Indonesia Masih Menjadi Daya Tarik Investor Jepang

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Nur Aini
Ekonomi Batam (ilustrasi)
Foto: Antara
Ekonomi Batam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah negara di Asia Tenggara berburu untuk mendapatkan investasi dari sejumlah investor termasuk dari perusahaan Jepang.  Indonesia yang telah lama menjadi daya tarik investor asing dalam berinvestasi, saat ini dinilaimasih menjadi idola investor asal jepang. Kemudahan akses dan sumber daya‎ alam yang memadai membuat Perusahaan Jepang masih memilih Indonesia menjadi negara untuk berinvestasi.

"‎Sumber daya alam yang ada, daya saing ekspor, dan kondisi geografis yang baik dibanding negara lain menjadi keunggulan Indonesia," kata Presiden Direktur Japan External Trade Organization (JETRO‎) Daiki Kasugahara, dalam forum investor Jepang, di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Senin (24/10).

Daiki menuturkan, salah satu daerah yang menjadi minat investor Jepang untuk berinvestasi adalah kawasan free trade zone (FTZ) Batam. Kawasan ini sangat baik karena dekat dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Sejak 1990-an, Daiki mencatat sedikitnya terdapat 27 perusahaan asal Jepang yang berada di Batam. Jumlah itu terdiri dari sejumlah perusahaan yang memproduksi alat elektronik, IT, Otomotif, barang rumahan, logistik, hingga ritel dan restoran.

Meski demikian, Daiki menilai bahwa daya tarik Batam mulai memperlihatkan penurunan. Apalagi negara-negara di Asia Tenggara telah membuat kawasan yang mirip dengan kemudahan berbisnis di Batam. Daiki mengatakan, pihaknya sangat mendukung pemerintah dalam melakukan deregulasi peraturan serta daftar investasi negatif (DNI). Dengan deregulasi ini diharapkan adanya kemudahan yang lebih menunjang investor Jepang untuk berinvestasi. "Ini bisa meningkatkan daya saing Indonesia. Deregulasi harus dilanjutkan," ujarnya.

Direktur Promosi Sektoral Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Ikmal Lukman mengatakan, Pemerintah saat ini memang tengah menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan investasi dan ekspor. Peningkatan ini diharap bisa menggeser konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Kami memiliki target investais mencapai Rp 3.500 triliun ‎ hingga 2019. Angka ini dua kali lipat dari target pemerintahan sebelumnya. Kami berharap bisa mendapat kepercayaan dari investor untuk berinvestasi di Indonesia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement