REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada hari ini, Senin (17/10) bergerak melemah sebesar tujuh poin menjadi Rp 13.040, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.033 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa mata uang dolar AS masih berada dalam tren penguatan terhadap mayoritas nilai tukar dunia, termasuk rupiah di tengah potensi kenaikan imbal hasil global. "Kenaikan imbal hasil global mengembalikan dorongan pelemahan bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," katanya di Jakarta, Senin (17/10).
Ia menambahkan bahwa secara umum mata uang dolar AS juga masih diuntungkan dari ketidakpastian global. Pasar sedang fokus pada pertemuan bank sentral Eropa (ECB) pada pekan ini. Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada data pertumbuhan Cina yang berpeluang melambat.
Kendati demikian, menurut dia, sejumlah sentimen positif dari dalam negeri menyusul telah terisinya posisi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengurangi satu ketidakpastian dapat menahan tekanan tekanan lebih dalam. Di sisi lain, pasar juga memprediksi data neraca perdagangan yang diperkirakan melanjutkan hasil surplus.
Sementara itu, Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy mengatakan bahwa data neraca perdagangan September 2016 yang akan dirilis pada hari ini (17/10) diprediksi mengalami surplus 900 juta dolar AS, di atas konsensus 546 juta dolar AS karena membaiknya ekspor bulanan dan penurunan impor.
"Secara tahunan, kami memprediksi ekspor dan impor akan tumbuh masing-masing sebesar 3,3 persen 'year on year' (YoY) dan 4,7 persen YoY," katanya.