REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tujuh pengusaha Bandung berkolaborasi dalam bisnis industri kreatif. Meski, memiliki bidang dan produk yang berbeda, tapi mereka memiliki visi yang sama untuk saling mendukung membawa 'Bandung Go International'.
"Saya menjadi lebih tahu banyak hal mengenai idealisme beberapa pengusaha yang tergabung dalam pengusaha industri kreatif," kata Indri pengusaha dan desainer ALBIS dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, hari ini.
Dikatakan Indri, ALBIS sudah 16 tahun berada di dunia fashion. Karena itu, tren jualan saat ini harus masuk komunitas. Namun melihat ke depannya dalam dunia industri kreatif ini, ALBIS akan berkolaborasi produk, join branding, dan jugajoin promo. "Bisnis bukan semata diri sendiri yang paling unggul. Tapi, bisnis harus berkolaborasi untuk membawa Bandung Go International,” ujarnya.
Senada dengan Indri. Julian Mahameru dari Wonderful Indonesia mengatakan, meski berbeda platform, namun tidak ada pesaing atau competitor. Yang ada, adalah Bandung kreatif untuk menjadi pengusaha industri kreatif yang go international.
"Dalam acara ini, saya juga menjadi lebih tahu mengenai HPO (Headphone Pouch Organizer) melalui penjelasan Teh Diah dari Moka Mula. Ternyata oh ternyata, Moka Mula itu berkembang di dunia online dari tahun 2003. Dalam setiap bulannya, Moka Mula mampu menjual 120 ribu pc/bulan," katnaya.
“Karena membuat gadget enggak bisa, maka ya sudah membuat tempatnya saja dulu deh,” timpal Diah, pebisnis Moka Mula yang berada di Cimahi.
Hal unik disampaikan Ikhsan Syaban sebagai pebisnis dari Ethica Fashion. Ikhsan tidak membicarakan produk melainkan menceritakan Bandung sebagai dua syurga yang banyak pemburunya. Kata dia, Bandung merupakan syurga fashion (pakaian) dan syurga kuliner (makanan). Dan Ethica, kata dia, sudah 8 tahun memiliki outlet di seluruh Indonesia.
"Dan dengan hadirnya Indonesia di dunia Internasional, ini menjadi bukti sumbangsih untuk 'Jabar Kahiji', dengan memberikan yang terbaik, memiliki karakter, dan bagaimana caranya agar dapat diterima dengan baik di dunia internasional. Tentunya, melalui proses yang sehat dan kualitas produknya," kata Ikhsan.
Dalam kesempatan yang sama, Reginald dari MICH menceritakan tentang perbedaan taste setiap negara. Sesuatu yang sangat laris di Indonesia, kata dia, belum tentu di negara lain sama larisnya juga. Hal tersebut karena penduduk setiap negara memiliki selera yang berbeda. Misalnya saja mukena atau alat shalat perempuan.
Di Indonesia, kata dia, alat shalat bermotif bunga dan berwarna-warni merupakan satu dari sekian produk yang laris. "Namun di Malaysia, alat shalat berwarna-warni dan berbunga-bunga ini, sama sekali tidak laku karena masyarakatnya memiliki prinsip kalau telekung (alat sholat wanita) itu harus berwarna putih yang melambangkan kesucian dan kebersihan," ujarnya.
Dalam acara ini hadir pula The Rina Meliyani, enterpreneur muda Bandung yang mengungkapkan harapannya akan hadirnya 100 ribu wirausaha untuk bekerja sama dalam perindustrian dan perdagangan.
Sementara Adelia Pasha istri wali kota Palu ini, ternyata terkenal sebagai Brand Ambassador ALBIS dan tinggal di Bandung. Dia juga sedang mulai merintis usaha dengan brand namanya sendiri. "Wah, wah! Alhamdulillah, senang banget bisa menjadi bagian dari acara satu ini dan membagikan ceritanya dalam bentuk tulisan. Semoga saja akan banyak yang terinspirasi setelah membaca tulisan ini," ujarnya.