Senin 22 May 2023 21:37 WIB

Kadin Jabar Nilai Industri Kreatif Potensial Tapi Terkendal Modal

Kadin ungkap biasanya ada keterbatasan modal dasar untuk memulai project

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat, Tubagus Raditya Indrajaya, (tengah).dari sisi sumber daya manusia (SDM), pelaku di sektor industri kreatif sangat banyak dan potensial. Kuncinya, dibutuhkan dorongan pinjaman dari perbankan.
Foto: istimewa
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat, Tubagus Raditya Indrajaya, (tengah).dari sisi sumber daya manusia (SDM), pelaku di sektor industri kreatif sangat banyak dan potensial. Kuncinya, dibutuhkan dorongan pinjaman dari perbankan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sektor Industri kreatif bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pascapandemi. Tapi, para pelaku industri kreatif seringkali terkendala akses permodalan awal ketika merealisasikan acara. 

Menurut Ketua Kadin Jabar, Tubagus Raditya, dari sisi sumber daya manusia (SDM), pelaku di sektor industri kreatif sangat banyak dan potensial. Kuncinya, dibutuhkan dorongan pinjaman dari perbankan.

“Mereka bisa mendapatkan project dan sponsor dari pemerintah atau swasta. Tapi, biasanya ada keterbatasan modal dasar untuk memulai project. Karena biasanya kan pemerintah membayarnya setelah project selesai,” ujar Raditya di Hotel Malaka, Kota Bandung, Senin (22/5). 

Jadi, kata dia, ketika ada sebuah terobosan membuat acara seperti konser, tidak terealisasi karena kendala modal awal. "Banyak yang minta untuk difasilitasi,” katanya.

Oleh karena itu, Raditya menyambut baik fintech bernama Finnix yang fokus sebagai fasilitator membantu pelaku industry kreatif mendapat akses modal dari lembaga keuangan. Ia berharap perbankan pun bisa memberikan keleluasaan permodalan berbasis value (nilai), tidak hanya penjaminan.

“Kita berharap anak muda mengoptimalisasi kreativitasnya, ada Finnix yang sudah bisa menjembatani,” katanya.

Sementara menurut CEO Finnix, Reinhart Hermanus pihaknya sudah terlibat membantu menggarap sejumlah project, seperti konser di beberapa daerah. Di antaranya, Sabiphoria Festival (Jakarta), Now Playing Festival (Bandung) hingga Tour Dewa 19 (Pontianak).

Perusahaan yang berdiri pada September 2022 ini mengatakan bentuk layanan yang diberikan adalah menyiapkan dokumen keuangan, hingga arus kas yang bisa diterima oleh lembaga keuangan untuk mendapatkan anggara untuk menggarap project.

Hal tersebut sangat krusial namun seringkali luput dari perhatian para pelaku industry kreatif. 

“Kami ingin membantu perusahaan mendanai project yang didapatkan. Lembaga keuangan menyangka industri kreatif berisiko tinggi, sehingga sulit mendapat akses permodalan. Asset jaminan terbatas,” katanya.

Finnix, kata dia, menjembatani antara pelaku industri kreatif dengan perbankan. "Kami kurasi, kami hubungkan ke Lembaga keuangan yang bisa mensupport. Total 40 project sudah dibantu dari sisi permodalan, Rp 30 miliar dana yang sudah kami salurkan kurang lebih satu tahun ini,” katanya.

Di sisi lain, potensi dari inudstri ini mencapai Rp 250 triliun setiap tahunnya. Faktor risiko dari sisi bisnis lebih terukur.

“Faktor risiko event lebih bisa terukur. Ini menjadi alasan mengapa dimulai dengan event. Project sudah pasti nilainya sekian, dibayarnya sudah ditentukan. Tinggal produksinya. Ini kami bantu permodalan di depan,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement