Selasa 04 Oct 2016 09:51 WIB

Menyulap Potensi Bencana Ring of Fire Menjadi Energi Masa Depan

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Ilham
Energi panas bumi. Ilustrasi.
Foto:

Tidak hanya itu, menurut Yunus, PGE juga sudah meminta penugasan untuk beberapa wilayah kerja panas bumi (WKP). Dari tujuh WKP yang diminta PGE, pemerintah melalui Kementerian ESDM baru menyetujui tiga WKP. Selain itu, pemerintah juga telah mendorong PGE untuk mengembangkan potensi panas bumi di WKP yang sudah ada, seperti yang di Gunung Way Panas dan Hululais di Lampung.

Di WKP Gunung Way Panas, PGE saat ini memiliki dua unit PLTP, yakni PLTP Ulubelu Unit 1 dan Unit 2 dengan masing-masing memiliki kapasitas terpasang sebesar 55 MW. Selain itu, perseroan juga mengembangkan Unit 3 dan 4 dengan kapasitas total sebesar 2x55 MW. PLTP Ulubelu Unit 3 telah beroperasi pada Juli 2016 dan Unit 4 ditargetkan beroperasi pada 2017.

Di Hululais yang terletak di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, PGE mengembangkan PLTP Hululais Unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2x55 MW. Proyek PLTP Hululais ditargetkan beroperasi pada 2018.

Pada tahun 2020, PGE menargetkan pembangkitan PLTP yang menghasilkan listrik sebesar 55 MW yang bersumber dari panas bumi Hululais. "Untuk Hululais, kami punya kerja sama dengan PLN, yakni 2x55 megawatt, sementara potensi di sana kami perkirakan sekitar 220 megawatt," ujar Presiden Direktur PGE, Irfan Zainuddin.

Sementara itu, hingga akhir tahun ini PGE menargetkan memiliki kapasitas terpasang listrik dari PLTP sebesar 542 MW dengan masuknya tambahan 105 MW dari tiga pembangkit, yakni PLTP Ulubelu Unit 3 berkapasitas 55 MW, PLTP Lahendong Unit 5 berkapasitas 20 MW, dan PLTP Karaha Unit 1 berkapasitas 30 MW. Secara nasional, Kementerian ESDM menyebutkan hingga akhir 2016 akan ada tambahan pasokan listrik 215 MW dari panas bumi.

Dengan terus bertambahnya pasokan energi panas bumi dari sumur-sumur yang dikelola perusahaan geothermal, pemerintah berharap bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selain mahal juga tidak ramah lingkungan.

Sebagai sumber energi, panas bumi relatif ramah lingkungan karena berasal dari energi panas yang tersimpan di dalam perut bumi. Dari sisi ekonomi, biaya eksplorasi dan juga biaya modal pembangkit listrik geotermal memang terbilang lebih tinggi dibandinkan pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil.

Namun, setelah mulai beroperasi, biaya produksinya rendah dibandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki energi panas bumi, maka tak salah jika jenis energi baru terbarukan yang satu ini akan menjadi sumber energi masa depan yang bisa diandalkan Indonesia untuk mewujudkan kemandirian energi nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement