Senin 03 Oct 2016 12:15 WIB

BEI Prediksi Tebusan Amnesti Pajak Hingga Maret 2017 Capai Rp 150 T

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Petugas melayani wajib pajak untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan amnesti pajak (tax amnesty) di Help Desk Kantor Pelayanan Pajak, Jakarta Pusat. ilustrasi
Foto: Antara/ Yudhi Mahatma
Petugas melayani wajib pajak untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan amnesti pajak (tax amnesty) di Help Desk Kantor Pelayanan Pajak, Jakarta Pusat. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio optimistis jumlah uang tebusan dalam program amnesti pajak sampai akhir periode bisa mencapai Rp 150 triliun. Pada periode I tercatat uang tebusan amnesti pajak mencapai Rp 97 triliun. 

Tito menjelaskan, dengan capaian program amnesti pajak yang sangat tinggi akan memperkuat neraca pembayaran pemerintah. Setelah itu, dampaknya juga akan dirasakan pada kenaikan cadangan devisa dan penurunan interest atau suku bunga yang pada akhirnya terjadi peningkatan investasi.

"Dengan capaian ini maka kepercayaan dunia terhadap Indonesia akan semakin besar. Saya percaya tebusan sampai akhir Maret 2017 bisa mencapai Rp 150 triliun," ujar Tito, Senin (3/10).

Selain itu, Tito melihat ada peluang besar dari pelaku UMKM. Ke depan ada sekitar 30 ribu sampai 40 ribu pelaku UMKM yang akan ikut program pengampunan pajak. 

Dengan demikian, menurut Tito, hal ini dapat meningkatkan basis data pajak (tax base) dan memperbaiki tata kelola fiskal. Untuk mendorong pelaku UMKM mengikuti program pengampunan pajak, BEI telah bekerja sama dengan Bukalapak.com untuk mempermudah dalam melakukan pendataan dan monitoring. 

Tito menambahkan, pada 2017 BEI optimistis bisa mencetak dan mensuplai stok saham dengan total nilai mencapai Rp 100 triliun. Sumbernya berasal dari dana pensiun, asuransi, reksadana, dan amnesti pajak.

Diperkirakan dana pensiun yang akan masuk ke pasar bursa sekitar Rp 54 triliun, kemudian sisanya dari asuransi, reksadana, dan amnesti pajak. "Empat sumber tersebut dananya masuk terus menerus, jadi bagi para emiten ini merupakan kesempatan besar," kata Tito.

Akan tetapi, Tito berharap pemerintah bisa mendorong pertumbuhan dana dari keempat sumber tersebut. Menurutnya, saat ini akumulasi dana pensiun di Indonesia baru mencapai Rp 217 triliun atau 2 persen dari GDP Indonesia. Saat ini, dilihat dari struktur yang ada baru 13 persen dana pensiun yang masuk ke saham.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement