Ahad 02 Oct 2016 21:16 WIB

Anomali Cuaca, 250 Hektare Lahan Garam Karawang Gagal Produksi

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Budi Raharjo
Pekerja memanen garam di tambak dengan sistem tekhnologi ulir filter.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Pekerja memanen garam di tambak dengan sistem tekhnologi ulir filter. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,KARAWANG -- Petambak garam asal Kabupaten Karawang, menjerit. Pasalnya, para petambak itu gagal tanam akibat anomali cuaca.

Seharusnya, sejak Juli, para petambak sudah menggarap tambaknya. Akan tetapi, hingga kini 250 hektare lahan tambak di empat kecamatan yang ada di kabupaten ini terbengkalai. Ketua Forum Komunikasi Kelompok Usaha Garam Rakyat (FK Kugar) Kabupaten Karawang, Aep Suhardi, mengatakan, saat ini sedang terjadi badai La Nina.

Akibatnya, curah hujan yang turun di wilayah Indonesia, termasuk Karawang masih cukup tinggi. Padahal, saat ini seharusnya sedang memasuki puncak musim kemarau. "Seharusnya, kami sudah mengolah garam sejak tiga bulan yang lalu," ujarnya, kepada Republika, Ahad (2/10).

Akibat kondisi ini, lanjut Aep, petambak garam kehilangan mata pencaharian sehingga harus alih profesi. Ada yang menjadi nelayan dan buruh tani. Namun, ada juga petambak yang memanfaatkan lahannya untuk budi daya ikan air payau. Itupun, petambak yang memiliki modal lebih.

Tapi, yang lahannya jadi tambak ikan hanya segelintir saja. Mayoritas, mereka alih profesi jadi nelayan dan buruh tani. Padahal, usaha garam ini sangat berarti bagi 200 KK yang tersebar di empat kecamatan sentra garam.

Pasalnya, saat ini hasil produksi garam jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Sebelum, mengenal teknologi ulir filter dan bio isolator, hasil produksi garam sudah mampu mencapai 100 ton per musim. Sebelum ada teknologi itu, hasil produksi maksimalnya hanya 60 ton per musim.

Akan tetapi, lanjut Aep, tahun ini petambak hanya bisa gigit jari. Luasan lahan garam, tak bisa digarap akibat anomali cuaca. Tak hanya itu, petambak juga tidak bisa menikmati harga garam yang sedang tinggi. "Sekarang ini, harga garam antara Rp 800 sampai Rp 1.000 per kilogram. Tapi, kami tak bisa menikmatinya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement