REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mengatakan sampai saat ini pihaknya masih mendetailkan bagaimana peta jalan atau roadmap perusahaan induk atau holding BUMN sektor pangan. Meski begitu ia tetap optimis akhir tahun ini enam holding bisa terbentuk semua.
Rini mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan pendetailan kinerja dan mekanisme holding pangan dengan beberapa stakeholder dan kementerian terkait pangan. Ia menilai tak ada kendala berarti namun memang perlu lebih rigid lagi dalam melihat holding pangan ini.
"Kita masih detailkan lagi, kendala sih nggak ada, cuman kan ini memang yang akan memegang holding Bulog. Jadi kita mau hati hati dan detail," ujar Rini di Gedung Patrajasa, Jakarta, Rabu (28/9).
Ia menegaskan Bulog mempunyai peran penting untuk bertanggung jawab menjamin ketersediaan pangan dan stabilitas harga. Bulog harus bisa memainkan peran dan mengkordinir BUMN di bawahnya. Sebab, nantinya menurut Rini, holding pangan bukan sekedar perkumpulan BUMN yang menangani soal pangan saja, tetapi juga terintegrasi dengan BUMN yang mengurusi soal logistik dan pengembangan.
"Di bawahnya perusahaan pangan yang gerak di logistik dan pengembangannya. Misalnya Berdikari harus mengembangkan sapi, Perinus soal ikan," ujar Rini.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan dari keenam holding yang ada hanya holding pangan yang ia nilai belum siap terbentuk. Menurutnya, masih ada beberapa poin yang harus diseleraskan antar-semua pihak.
“Tetapi memang konstelasi holding di sektor pangan yang paling belum siap padahal itu perlu sekali,” ujar Darmin, Selasa (27/9)
Perum Bulog adalah BUMN yang bakal dijadikan induk dari holding BUMN pangan. Bulog akan membawahi beberapa BUMN sektor pangan, di antaranya produsen benih varietas PT Sang Hyang Seri (Persero), produsen beras PT Pertani (Persero), perusahaan logistik dan gudang PT Bhanda Ghara Reksa (Persero), dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesa (Persero).