Senin 26 Sep 2016 07:34 WIB

Produksi Migas Pertamina Lampaui Target

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan PT Pertamina (Persero) melakukan ekspansi ke berbagai negara diakui Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro sebagai tindakan tepat. Ia menjelaskan lapangan migas Pertamina International EP di Aljazair, Irak dan Malaysia menghasilkan migas melebihi target.

Ia mengatakan, target total produksi dari blok-blok migas luar negeri sebesar 114 ribu barel setara minyak per hari. Namun hasil yang didapat mencapai 140 ribu barel setara minyak per hari. 

"Naik cukup signifikan. Itu artinya keputusan kita masuk ke blok-blok migas luar negeri tepat karena ternyata itu memberi hasil sangat signifikan," katanya, Ahad (25/9).

Ia mengatakan, hasil dari blok liar negeri tersebut berkontribusi sekitar 23 persen dari total produksi. Tapi pihaknya berharap pada  2019, hasil dari blok luar negeri mencapai hampir sekitar 700 ribu barel setara minyak per hari.

Ia menjelaskan, di Malaysia ada sampai lima blok yang awalnya ditargetkan 29 ribu barel setara minyak per hari justru menghasilkan 35 ribu barel setara minyak per hari. Di Irak dengan tiga blok memiliki target 37 ribu barel setara minyak per hari namun sekarang produksinya mencapai sekitar 43 ribu barel setara minyak per hari.

"Aljazair dengan tiga blok targetnya 34 ribu barel setara minyak menjadi 41 ribu barel setara minyak per hari," ujar Wianda.

Selain itu, ia juga melihat pada 2025 cukup besarnya komposisi untuk merger akuisisi, di atas 500-an ribu barel per hari. "Tapi juga termasuk bagaimana kita nanti mengakuisisi blok-blok migas dalam negeri yang habis masa kontrak. Itu juga akan menjadi salah satu target kita untuk bisa terus meningkatkan keseluruhan produksi nasional," ujar dia.

Cadangan minyak tiga negara tersebut cukup besar dengan rata-rata di atas 100 juta boel dalam satu area tersebut. Baru-baru ini, Pertamina juga berencana bekerja sama dengan Iran. Keputusan ini dikhawatirkan akan mengganggu hubungan baik Indonesia dengan Arab Saudi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement