Rabu 21 Sep 2016 17:04 WIB

Ekonomi Masih Lesu, tapi Keuntungan BSM Bertambah

Karyawati menghitung uang di Banking Hall Bank Syariah Mandiri, Jakarta. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung uang di Banking Hall Bank Syariah Mandiri, Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Laba bersih Bank Syariah Mandiri (BSM) pada semester I 2016 meningkat sebesar 26,67 persen dari Rp 132 miliar per Juni 2015 menjadi Rp 168 miliar per Juni 2016. Dengan kondisi tersebut, BSM dapat mencapai target laba sebesar Rp 300 miliar sampai akhir 2016.

Direktur Finance and Strategy BSM Agus Dwi Handaya mengatakan, perolehan laba itu lain ditopang naiknya cash recovery ex write off yang naik 31,58 persen dari Rp 171 miliar menjadi Rp 225 miliar. Pada 2015, BSM menggelar Gerakan Sikat Satu Triliun (Gesit) dan dilanjutkan dengan program Gerakan Genggam Recovery Rp 1,25 Triliun (Gegar 125) pada 2016. "Di tengah kondisi makro ekonomi yang masih belum kondusif, BSM mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis," ujar Agus. 

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) merupakan salah satu indikator likuiditas. Pada Juni 2015, DPK BSM mencapai Rp 59 triliun atau naik 7,82 persen menjadi Rp 64 triliun. Perolehan DPK didorong oleh pertumbuhan giro sebesar 6,25 persen, yakni semula Rp 6,86 triliun menjadi Rp 7,10 triliun. 

Selain itu, tabungan juga tumbuh sebesar 11,25 persen, dari Rp 22,05 triliun menjadi Rp 25 triliun. Adapun deposito tumbuh 5,68 persen, dari Rp 30,43 triliun menjadi Rp 32,16 triliun per Juni 2016. Agus mengatakan, perolehan DPK dari giro dan tabungan menjadikan komposisi dana murah BSM meningkat menjadi 49,58 persen dari sebelumnya 48,56 persen. 

Untuk pembiayaan, lanjut Agus, BSM berhasil tumbuh 4,49 persen atau meningkat Rp 2,3 triliun dari semula sebesar Rp 50,4 triliun menjadi Rp 52,7 triliun. Target pertumbuhan pembiayaan sampai dengan akhir tahun sebesar tujuh persen atau sekitar Rp 4 triliun. 

Sementara pembiayaan UKM (kecil dan mikro) per Juni 2016 berhasil mencapai Rp 14,06  triliun, naik 25,51 persen dari Juni 2015 yang sebesar Rp 11,21 triliun. Di sisi lain, manajemen berhasil menurunkan rasio pembiayaan macet atau NPF (gross) yang semula 6,67 persen per Juni 2015 menjadi 5,58 persen per Juni 2016 atau lebih dari 100 basis poin. "Ini lebih cepat dari proyeksi di mana kami menargetkan hingga akhir tahun NPF dapat berada di kisaran 5,5 persen," kata Agus.

Adapun NPF Nett berada di kisaran 3,74 persen atau turun dibandingkan 4,70 persen per posisi Juni 2015. BSM kini memasuki Bank Buku tiga dengan modal inti Rp 5,55 triliun dan ekuitas Rp 5,78 triliun. Sementara posisi rasio kecukupan modal (CAR) per Juni 2016 berada di angka 13,69 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement