Kamis 01 Sep 2016 12:25 WIB

Bulog Diminta Optimal Serap Gabah Petani

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi
Foto: Antara
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir meminta Bulog agar optimal menyerap gabah petani di musim panen Gadu 2016 yang saat ini tengah berlangsung.

Saat ini, kata dia, harga gabah di tingkat petani maupun pedagang sedang turun karena berlangsungnya panen. Namun, Bulog sebagai satu-satunya lembaga negara yang berperan dalam stabilisasi harga pangan diharapkan dapat memberikan harga yang menguntungkan bagi petani.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil pantauan, indikator harga gabah di tingkat petani maupun pedagang tersebut turun terbukti dari hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Pasar Induk Beras Cipinang, Selasa (30/8). Dalam sidak ditemukan harga beras eceran saat ini turun di kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram.

"Artinya bila harga beras di pasar itu turun, otomatis harga gabah di tingkat petani merosot. Inilah pentingnya Bulog turun serap gabah petani agar harga stabil atau menguntungkan petani," ujarnya, di Jakarta, Kamis (1/9).

Menurutnya, optimalnya Bulog dalam menyerap gabah petani tidak hanya menstabilkan harga, tapi juga membuat Bulog dapat mencapai target serap gabah petani. Target serap gabah Bulog selama satu tahun sebanyak 3,9 juta ton setara beras. Sementara, realisasi serap gabah petani oleh Bulog sampai saat ini baru mencapai 2,24 juta ton setara beras.

"Bulog harus kerja keras menyerap gabah petani, walaupun gudang-gudang Bulog sudah terisi atau tidak tertampung. Ini tidak bisa dijadikan alasan," ujarnya.

Ia menambahkan, Bulog bisa menyewa gudang-gudang milik BUMN dan swasta untuk menampung gabah petani. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ia menjelaskan, hasil panen pada Agustus 2016 mencapai delapan juta ton gabah kering giling (gkg). Angka itu setara dengan beras sebesar 4,5 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi beras sekitar 2,65 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement