REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan peningkatan produksi gula mencapai 170 ton per hektare (ha) dalam jangka waktu dua tahun. Target tersebut diharapkan dapat tercapai seiring dengan proses revitalisasi pabrik-pabrik gula di bawah PT Perkebunan Nusantara (PTPN).
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, revitalisasi pabrik gula tidak hanya dalam rangka peningkatan kapasitas dan efisiensi saja. Namun, revitalisasi juga harus diikuti dengan hilirisasi tebu menjadi produk ethanol dan listrik.
"Revitalisasi harus diikuti dengan hilirisasi sehingga hasil tebu tidak hanya gula saja. Dengan demikian diharapkan harga gula bisa turun dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat," ujar Rini di Jombang, Rabu (31/8).
Revitalisasi yang sudah dilakukan oleh pabrik gula terbukti dapat meningkatkan produksi. Rini mencontohkan, revitalisasi pabrik gula yang dilakukan oleh PTPN X dapat meningkatkan kapasitas produksi dari 35.00 ton cane per day (tcd) menjadi sekitar 4 ribuan tcd. Selain untuk diversifikasi produk, hilirisasi juga membantu petani agar rendemennya tetap tinggi.
"Sementara revitalisasi lima pabrik gula di PTPN XI untuk meningkatkan kapasitas dari 3 ribu tcd menjadi 6 ribu tcd, membutuhkan dana sekitar Rp 4,1 triliun," kata Rini.
Revitalisasi dan hilirisasi pabrik gula merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi gula dan memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Rini menjelaskan, persoalan tebu di on farm yakni pengeluaran petani tinggi dan pendapatannya kurang mencukupi.
Selain itu, setelah tebu ditebas biasanya masih harus antri panjang untuk masuk ke pabrik gula dan akhirnya rendemen menjadi rendah. Menurut Rini permasalahan ini terus berulang, padahal gula merupakan salah satu komoditas yang didorong untuk swasembada. Pemerintah telah meminta para perusahaan BUMN saling bersinergi untuk membuat program yang dapat merealisasikan swasembada pangan dan mensejahterakan petani.