Jumat 26 Aug 2016 14:32 WIB

Indonesia Masih Butuh Inovasi Industri Hijau

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pemerintah Indonesia meminta pelaku industri mulai mengedepankan upaya pengelolaan lingkungan hijau.
Foto: Blogspot.com
Pemerintah Indonesia meminta pelaku industri mulai mengedepankan upaya pengelolaan lingkungan hijau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia masih memerlukan inovasi di sektor industri dalam upaya pengelolaan lingkungan hijau. Oleh karena itu, pelaku industri dituntut untuk berusaha secara aktif dan bijak dalam menggunakan sumber daya serta teknologi yang ramah lingkungan, sehingga menciptakan efektivitas dan efisiensi bagi keberlanjutan usahanya.

Kementerian Perindustrian sebagai pembina industri nasional, berkomitmen memacu para pelaku industri untuk terus mengembangkan inovasi yang mendorong peran perusahaan melakukan perbaikan lingkungan yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurut Airlangga, pelaku industri memiliki tanggung jawab besar terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam segala aspek operasional perusahaan, yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Oleh karena itu, aspek sosial bisnis perusahaan tidak bisa lepas dari pembangunan yang berkelanjutan. Jadi, tidak semata berdasarkan dalam aspek ekonomi, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungannya baik untuk jangka pendek maupun panjang,” ujar Airlangga di Jakarta, Jumat (26/8).

Penerapan prinsip industri hijau melalui efisiensi produksi dan peningkatan efektivitas penggunaan sumber daya alam, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan pertumbuhan sektor industri. Pertumbuhan industri tertinggi dicapai oleh industri mesin dan perlengkapan sebesar 9,90 persen.

Selanjutnya disusul industri alat angkut sebesar 8,39 persen, industri makanan dan minuman sebesar 8,20 persen, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 7,74 persen.

Menurut Airlangga, industri pengolahan nonmigas memiliki peranan yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. "Kontribusi terbesar terhadap industri pengolahan nonmigas diberikan oleh industri makanan dan minuman sebesar 33,3 persen, diikuti oleh industri barang logam sebesar 10,5 persen dan industri alat angkutan yang juga sebesar 10,5 persen. Sehingga, kami masih yakin terhadap pertumbuhan dan peningkatan investasi pada sektor industri,” tutur Airlangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement