REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan kredit menjadi 7,0-9,0 persen, perbankan masih optimistis dapat mencapai target pertumbuhan kredit di atas 10 persen.
Direktur Finance and Treasury Bank Mandiri Pahala N Mansury menjelaskan, pihaknya telah merevisi pertumbuhan kredit menjadi di kisaran 10-12 persen. Meski turun dibandingkan target awal yang sebesar 12-14 persen, namun pihaknya optimistis dapat mencapai angka tersebut.
"Kalau kita lihat Juli, kan tumbuh 10,5 persen. Trennya naik. Jadi target 10-12 persen," ujar Pahala di Plaza Mandiri, Rabu (24/8).
Sedangkan untuk tahun depan, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit 12-14 persen. Optimisme tersebut dikarenakan kondisi makro ekonomi yang diprediksi mulai membaik.
Pahala menilai dengan ditetapkannya BI 7 Day Repo Rate sebagai suku bunga acuan, nantinya akan positif untuk perbankan. Terutama penurunan lending facility menjadi 6,0 persen yang memudahkan perbankan memperoleh pendanaan ke bank sentral.
Pada semester I 2016 penyaluran kredit Mandiri sebesar Rp 610,9 triliun atau tumbuh 10,5 persen. Saluran kredit tersebut menyumbang pendapatan bunga bersih (net interest income) Rp 24,2 triliun atau tumbuh 8,9 persen (yoy).
Sementara BRI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 14-16 persen hingga akhir tahun. Direktur utama BRI, Asmawi Syam mengaku optimistis karena kredit BRI di semester I tumbuh sekitar 17,30 persen, dari semula Rp 503,6 triliun menjadi Rp 590,7 triliun.
"Jadi target kredit BRI hingga akhir tahun di 14 persen-16 persen," ujar Asmawi.
Bank Central Asia (BCA) juga mengaku optimis penyaluran kreditnya akan tumbuh sekitar 12 persen pada tahun ini. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, perseroan masih memasang target pertumbuhan kredit sekitar 10-12 persen pada tahun ini. Menurut Jahja, target tersebut bisa tercapai apabila pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV menembus lebih dari 5 persen.
"Kalau kuartal ketiga kita bisa bertahan di 5,18 persen kita harus sangat optimistis kalau ke depan kita akan sangat baik. Tapi kalau turun lagi ke 5 persen, masih oke, tapi kami harus amati," ujar Jahja.