REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik untuk hari ketiga berturut-turut pada Senin (15/8) didorong meningkatnya spekulasi atas tindakan potensial produsen untuk mendukung harga di tengah melimpahnya pasokan global.
Harga patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik 1,25 dolar AS menjadi menetap di 45,74 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober melonjak 1,38 dolar AS menjadi ditutup pada 48,35 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak AS berbalik naik lebih dari 10 persen sejak penutupan di bawah 40 dolar AS per barel pada awal bulan ini. Menteri Energi Rusia Alexander Novak memicu harapan bahwa negara-negara penghasil minyak bisa mengambil tindakan untuk menstabilkan harga. Ia mengatakan kepada sebuah koran Saudi, Asharq al-Awsat, bahwa negaranya sedang berkonsultasi dengan Arab Saudi dan produsen lainnya untuk mencapai stabilitas pasar.
Pernyataan itu menyusul komentar pekan lalu dari menteri minyak Arab Saudi, yang mengatakan pertemuan produsen minyak bulan depan bisa menghasilkan kesepakatan tentang stabilisasi harga. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mengadakan pertemuan informal di Aljazair menjelang akhir September.
Rusia, salah satu produsen minyak terkemuka dunia, bukan anggota OPEC tetapi telah membuka konsultasi dengan kelompok tentang upaya-upaya untuk mengatasi harga minyak mentah yang lemah. Sementara itu, perusahaan jasa ladang minyak AS Baker Hughes mengatakan jumlah rig yang beroperasi di ladang minyak AS naik untuk minggu ketujuh berturut-turut, meningkat 15 rig menjadi total 396 rig pada pekan lalu.