REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat (12/8) sore bergerak melemah tipis sebesar delapan poin menjadi Rp13.111, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 13.103 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus mengatakan bahwa stabilnya data klaim awal tunjangan pengangguran mingguan di Amerika Serikat membuat dolar AS kembali mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang global, termasuk rupiah. "Potensi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan kembali terbuka seiring membaiknya pasar tenaga kerja dan kemungkinan inflasi bergerak lebih tinggi," katanya di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa sebagian pelaku pasar juga sedang mengambil posisi terhadap dolar AS menjelang rilis data penjualan ritel, indeks harga produsen, dan tingkat keyakinan konsumen di Amerika Serikat. "Jika data-data dirilis lebih baik dari perkiraan, dolar kemungkinan akan melanjutkan penguatan, begitu juga sebaliknya dolar dapat melemah jika data-data tersebut mengecewakan," katanya.
Kendati demikian, kata dia, harga minyak mentah dunia yang menguat merespon Arab Saudi yang berniat untuk menstabilkan harga cukup berdampak positif bagi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah sehingga tidak tertekan lebih dalam. Harga minyak mentah dunia jenis WTI naik sebesar 0,30 persen menjadi 43,62 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent naik 0,17 persen menjadi 46,12 dolar AS per barel.
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa kondisi ekonomi domestik yang juga cukup kondusif menambah pengaruh positif bagi rupiah. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (12/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp 13.120 dibandingkan hari sebelumnya (11/8) Rp 13.113.