Jumat 12 Aug 2016 09:47 WIB

Indonesia Harus Jadi Pusat Transhipment Perdagangan Dunia

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nidia Zuraya
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Sebagai negara kepulauan, perekonomian Indonesia diyakini bisa tumbuh lebih tinggi apabila sektor maritim dapat dimaksimalkan. Sektor maritim akan menjadi sumber pertumbuhan yang menjanjikan di tengah rendahnya harga komoditas yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional. 

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung, salah satu langkah yang bisa dilakukan Indonesia untuk mendongkrak kontribusi sektor maritim adalah dengan menjadi pusat transhipment perdagangan internasional. 

Indonesia, ungkap Juda, memiliki banyak wilayah yang bisa dijadikan sebagai pusat transhipment. Salah satunya adalah Batam. 

Hanya saja, kata dia, pelabuhan di Indonesia rata-rata kedalamannya hanya sekitar 10 meter. Sementara di luar negeri, rata-rata pelabuhannya memiliki kedalaman di atas 15 meter. 

Karena tidak bisa dilalui kapal-kapal besar, kapal dari banyak negara akhirnya harus lebih dulu melakukan bongkar muat di Singapura sebelum akhirnya ke Indonesia untuk berganti menggunakan kapal dengan ukuran lebih kecil.

"Sebagai negara kepulauan, kita punya potensi. Mestinya kita bisa mengambil kembali peran kita dalam perdagangan internasional," ujar Juda dalam sesi media briefing Rapat Evaluasi Ekonomi dan Keuangan Daerah (REKDA) di Batam, Kamis (11/8) petang.. 

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto berharap pemerintah terus menggenjot sektor maritim dan pariwisata. Sebab, kedua sektor tersebut merupakan modal yang sangat besar bagi Indonesia untuk menggenjot pertumbuhan. 

"Kalau infrastruktur kedua sektor itu dibangun secara konsisten, maka target pertumbuhan ekonomi tujuh persen yang diinginkan Presiden Joko Widodo bisa tercapai," kata Myrdal.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement