REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Sebagai negara kepulauan, perekonomian Indonesia diyakini bisa tumbuh lebih tinggi apabila sektor maritim dapat dimaksimalkan. Sektor maritim akan menjadi sumber pertumbuhan yang menjanjikan di tengah rendahnya harga komoditas yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan, sektor maritim saat ini hanya memiliki kontribusi sebesar empat persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Padahal, kata dia, Indonesia memiliki garis pantai yang sangat panjang, potensi perikanan dan juga pariwisata kelautan yang besar.
"Kontribusi sektor maritim masih sangat kecil. Harusnya bisa lebih besar," kata Juda dalam sesi media briefing Rapat Evaluasi Ekonomi dan Keuangan Daerah (REKDA) di Batam, Kamis (11/8) petang.
Menurut Juda, ekonomi maritim Indonesia masih kalah dengan Filipina dan Jepang yang luas wilayah lautnya jauh lebih kecil. Juda mengatakan, sektor maritim Filipina dan Jepang memiliki kontribusi di atas 20 persen terhadap perekonomian mereka. "Padahal pulau mereka tidak sebesar dan sebanyak Indonesia," ujarnya.
Juda mengatakan, sektor maritim bahkan menjadi penyumbang terbesar defisit neraca jasa. Menurut dia, 80 persen defisit neraca jasa berasal dari sektor maritim.
Defisit tersebut disebabkan besarnya penggunaan jasa dari luar negeri. Misalnya untuk menyewa kapal asing hingga leasing dan asuransi kapal yang berasal dari asing. "Defisit ini secara struktural sudah berlangsung secara bertahun-tahun," kata Juda.
Juda mengatakan, defisit neraca jasa sebenarnya terus mengalami penurunan. Pada 2014, defisit neraca jasa mencapai 12 miliar dolar AS. Sedangkan pada tahun lalu, mengalami penurunan menjadi 8,3 miliar dolar AS.
"Kalau sektor maritim bisa kita sikapi dengan baik, akan berdampak baik pada neraca pembayaran khususnya transaksi berjalan," ujarnya.