REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS menurun terhadap mata uang utama lainnya di perdagangan New York pada Rabu (10/8) atau Kamis (11/8) pagi WIB, setelah investor mengambil keuntungan dari kenaikan baru-baru ini.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang utama, telah naik hampir 1,4 persen ke tertinggi dua minggu awal pekan ini, setelah laporan positif ketenagakerjaan AS mendorong ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada akhir tahun.
Departemen Tenaga Kerja melaporkan, Jumat (5/8) lalu, total penggajian (payroll) pekerja non pertanian AS naik 255 ribu orang pada Juli, mengalahkan perkiraan para ekonom naik 180 ribu orang. Sementara tingkat pengangguran tidak berubah pada 4,9 persen.
Penghasilan rata-rata per jam untuk semua pekerja meningkat delapan sen menjadi 25,69 dolar AS, menyusul kenaikan dua sen pada Juni, menurut laporan tersebut.
Para analis mengatakan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga akhir tahun ini mengingat pasar tenaga kerja yang kuat. Bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah dalam pertemuan Juli-nya, dan mengatakan bahwa risiko-risiko jangka pendek untuk prospek ekonomi telah berkurang.
Dengan tidak adanya laporan ekonomi utama yang keluar, para investor menunggu pidato Ketua Federal Reserve Janet Yellen yang dipantau cermat pada akhir bulan ini.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1175 dolar AS dari 1,1111 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3012 dolar AS dari 1,2996 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik tipis menjadi 0,7709 dolar AS dari 0,7664 dolar AS.
Dolar AS dibeli 101,28 yen Jepang, lebih rendah dari 101,81 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS jatuh menjadi 0,9754 franc Swiss dari 0,9819 franc Swiss, dan merosot menjadi 1,3061 dolar Kanada dari 1,3143 dolar Kanada.