REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) minta pemerintah menjamin ketersediaan listrik untuk industri dan konsumsi serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Sekretaris Jenderal APLSI Priamanaya Djan mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini di luar dugaan naik menembus 5,18 persen (year on year) dibandingkan triwulan I-2016 sebesar 4,91 persen dan triwulan II-2015 sebesar 4,66 persen. Pertumbuhan diperkirakan terus meningkat menjadi 5,2 persen pada kuartal III dan 5,3 persen kuartal IV mendatang.
"Guna menjaga momentum tersebut, pemerintah perlu menjamin ketersediaan listrik untuk industri dan konsumsi," katanya, di Jakarta, Senin (8/8).
Dari sisi permintaan, kata dia, akan meningkat, sebab ekonomi diluar dugaan tumbuh 5,18 persen. Momentum ini perlu dijaga dengan memberikan kepastian bahwa listrik tersedia untuk pertumbuhan ekonomi.
Namun, pihaknya menilai ekonomi Indonesia lemah di pasokan listrik. Pria memperkirakan, cukup sulit bagi pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pada level ideal bila pasokan listrik tidak mencukupi tiap tahun.
"Kuartal berikutnya akan berat kalau pasokan listrik melemah. Listrik ini bisa mengerem pertumbuhan (ekonomi)," ujarnya.
Ia mengingatkan, untuk pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5-7 persen, Indonesia membutuhkan pasokan listrik baru sekitar 5000-7000 MW per tahun.
Priamanaya mengatakan, setiap tahun akan terjadi peningkatan konsumsi listrik rata-rata sebesar 10,1 persen. Dengan demikian, diproyeksikan kebutuhan listrik nasional sebesar 171 terawatt hour (TWh) akan menjadi 1.075 TWh pada tahun 2031.
"Namun dengan kapasitas listrik terpasang saat ini dan masih rendahnya pasokan listrik baru, Indonesia masih akan mengalami krisis listrik," ucapnya.
Wakil Bendahara Umum APLSI Rizka Armadhana mengingatkan cadangan listrik Indonesia saat ini masih sangat rendah sehingga rentan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan, cadangan listrik ideal sebuah negara adalah sebesar 30 persen. Sedangkan cadangan listrik nasional masih sangat rendah hanya sebesar 10 persen. Ia membandingkan dengan cadangan listrik Singapura yang mencapai 100 persen.
"Dengan pencadangan yang tipis ini Indonesia selalu terancam pemadaman dan ekonominya lagi yang terdampak," katanya.
Sebab itu, APLSI mengingatkan untuk menjaga momentum itu, pemerintah dan PLN serta produsen swasta (IPP) perlu segera melakukan konsolidasi untuk mengejar tambahan 7000 MW per tahun dalam memenuhi target proyek listrik 35.000 MW.
"Kendala memang banyak, tapi proyek ini harus segera melaju kalau kita ingin ekonomi terselamatkan," ujarnya.
Produsen berharap PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN) bersinergi dengan IPP dalam pembangunan 35.000 MW sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Operator listrik juga perlu mempercepat tender porsi swasta yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.