Senin 08 Aug 2016 14:28 WIB

BI: Tingkatkan Serapan Anggaran Sebagai Kompensasi Pemangkasan

Red: Nur Aini
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia meminta pemerintah meningkatkan penyerapan anggaran dan membalikkan tren penurunan yang terjadi pada beberapa tahun sebelumnya, agar kebijakan pemangkasan anggaran 2016 yang sudah dua kali dilakukan tidak berdampak signifikan kepada pertumbuhan ekonomi.

"Kalau absorbtion (penyerapan) bisa 90-95 persen, pengaruh dari pemangkasan tidak akan banyak ke pertumbuhan," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Senin (8/8).

Tren pada tahun anggaran sebelumnya, menurut Perry, realisasi belanja pemerintah sebesar 80-85 persen. Sedangkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada 2015 sebesar 4,8 persen. Pada semester II 2016 ini, pemerintah akan memangkas kembali belanja negara sebesar Rp 133,8 triliun dari pagu belanja kementerian/lembaga dan transfer ke daerah, dengan keyakinan target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen dapat tercapai. Saat pengajuan APBN-Perubahan 2016, pemerintah juga mengusulkan pemangkasan anggaran sebesar Rp 50 triliun.

Perry mengatakan BI masih memandang optimistis target pertumbuhan pemerintah di 5,2 persen dapat tercapai. Salah satu faktornya adalah realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2016 yang melebihi ekspekstasi yakni mencapai sebesar 5,18 persen. Kemudian pada kuartal III, kata Perry, investasi swasta akan semakin menggeliat dan daya beli masyarakat akan terkerek naik. Bank Sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sebesar 5,2 persen.

Gubernur BI Agus Martowardojo meminta pemangkasan anggaran dilakukan secara cermat dan koordinatif agar tidak memperlambat realisasi program prioritas pemerintah, termasuk program pembangunan infrastruktur.

Hal ini karena, pemangkasan anggaran infrastruktur dan prioritas lainnya dikhawatirkan menganggu pertumbuhan ekonomi.

Agus pada kesempatan sebelumnya juga mengatakan bahwa pemotongan belanja sebesar Rp 133,8 triliun bukanlah penyesuaian postur fiskal yang sederhana. Berkaca pada pembahasan Rancangan APBN-P 2016 yang disahkan Juni 2016, usulan pemerintah untuk mengurangi anggaran sebesar Rp 50 triliun saat itu tidak berjalan mulus. "Realisasi (pemotongan) anggarannya kan jadinya tidak Rp 50 triliun, jadi perlu koordinasi yang baik," kata dia.

Dengan pemangkasan anggaran tersebut, Agus memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 masih bisa mencapai 5,1 persen. Proyeksi pertumbuhan itu belum termasuk kontribusi dari kebijakan amnesti pajak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement