Senin 01 Aug 2016 11:18 WIB

Selain Inflasi, Ini Tantangan yang Dihadapi Bank Sentral Global

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Pengendalian laju inflasi menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh bank sentral di setiap negara.
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Pengendalian laju inflasi menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh bank sentral di setiap negara.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- ‎Bertumbuhnya persoalan perekonomian global membuat bank sentral masing-masing negara harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru untuk menekan permasalahan tersebut. Disamping melakukan kebijakan agar pemerintah bisa menahan laju inflasi, bank sentral juga saat ini harus berperan dalam pemulihan ekonomi dan menjaga stabilitas.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, bank sentral harus memberikan perhatiannya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, meminimalisir pengangguran hingga menjaga ancaman stabilitas pasar. Bank sentral memiliki kewajiban modal dan etika untuk memperluas kinerja dalam menanggapi tantangan ini.

"Ada waktunya bagi bank sentral untuk bergerak maju mengambil peran kepemimpinan institusional, karena tantangan utama lebih besar dengan ketidakpastian politik," kata Agus Martowardojo dalam pertemuan Executives' Meeting of Asia Pacific Centrals Bank (EMEAP) Governor's Meeting 2106 di Denpasar, Bali, Senin (1/8).

Agus menjelaskan, situasi ini telah memperlihatkan banyak tantangan bagi banyak negara termasuk Indonesia. Hal ini membuat BI tidak hanya mengandalkan kebijakan suku bunga sebagai instrumen kebijakan moneter tunggunga. Bahkan BI juga menggunakan berbgai instrumen kebijakan yang disebut 'bauran ekonomi'.

Untuk tahun ini bauran kebijakan berfokus dalam menjaga stabilitas makroekonom dan sistem keuangan. Di sektor moneter, pelonggaran moneter secara bertahap tetap konsisten dengan upaya menjaga stabilitas Makroekonomi dan sistem keuangan. Kebijakan tersebut didukung oleh langkah-langkan guna mempertahankan nilai tukar, memperkuat posisi aset cadangan dan mengelola arus modal asing. 

BI juga mempertahankan kebijakan makro prudensial, dengan berupayan melakukan pendalaman pasar keuangan. "Kita sudah menerapkan sejumlah peraturan yakni rasio kredit terhadap simpanan (LDR) terkait dengan persyaratan cadangan (RR) dan loan to Value (LTV) ratio pada kredit properti dan kredit otomotif. Dalam rangka menigkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, BI juga merumuskan tingkat kebijakan dari BI Rate ke Tingkat Repo 7 Hari (Reverse)," ungkap Agus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement