Rabu 27 Jul 2016 11:47 WIB

BI Nilai Rupiah Tetap Berpeluang Menguat Meski Ada Pergantian Menteri

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia menegaskan BI akan menjaga agar rupiah dalam keadaan stabil menyusul adanya pergantian menteri atau reshuffle dalam kabinet kerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

''Saya tidak komentar soal itu. Kalau ada, itu pasti ada kajiannya dan sesuai kebutuhan agar Indonesia lebih maju ke depan,'' kata Gubernur BI, Agus Martowadojo soal pergantian menteri di kabinet usai memberi pidato dalam Kajian Tengah Tahun INDEF di Universitas Trilogi, Rabu (27/7).

Terkait dampak pergantian menteri dengan sentimen terhadap rupiah, Agus menuturkan rupiah justru terus menguat karena masuknya dana besar ke Indonesia dan korporasi banyak yang melepas valas. "Ini perlu dijaga dan BI akan nenjaga agar rupiah tetap stabil dimana menunjukkan itu akan fundamental ekonomi yang kuat," ujarnya.

Hingga 26 Juli 2016, aliran dana ke Indonesia sudah mencapai Rp 128 triliun, lebih tinggi dari aliran dana setahun penuh pada 2015 yang mencapai Rp 55 triliun. Sebab utamanya, kata BI, yakni ekonomi Indonesia yang cukup baik saat ekonomi dunai sedang lambat.

''Ekonomi global tidak seperti yang diprediksi. Negara maju menerapkan suku bunga negatif, Brexit juga masih menyisakan ketidakpastian. Belum lagi geopolitik dunia dan risiko pengungsi dan terorisme. Ekonomi Indonesia cukup baik,'' tutur Agus.

Reformasi struktural, menurutnya, disambut baik. BI berharap ini tidak hanya untuk sektor riil tapi juga fiskal dan moneter.

BI juga optimistis target inflasi bisa dicapai. Apalagi defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan terjaga. Pasar modal juga dinilai menarik dengan adanya kebijakan pengampunan pajak yang berjalan sehingga optimisme terhadap Indonesia tinggi.

Selain aliran dana melalui pasar SBN dan instrumen BI, Indonesia juga perlu mengantisipasi aliran dana akibat penerapan pengampunan pajak. Menurut dia, tantangannya adalah bagaimana dana ini bisa masuk ke sektor riil agar tidak terjadi overheat atau bubble pada ekonomi.

''Kita sambut baik sosialisasi oleh pemerintah. Indonesia harus siap memanfaatkan pengampunan pajak. Dana repatriasi ini positif. Sekarang kita amanati dampaknya,'' kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement