Selasa 26 Jul 2016 15:26 WIB

Sri Mulyani: Tingkat Ketimpangan di Indonesia Sangat Tajam

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Sri Mulyani
Foto: Daan/Republika
Sri Mulyani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Pemerintah harus lebih serius mensejahterakan rakyat khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan. Sebab kedua hal ini menjadi faktor penunjang pertumbuhan perekonomian jangka panjang.

Managing Director and Chief Operating Officer Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati  mengatakan, gini ratio masyarakat Indonesia memperlihatkan hal cukup mencengangkan. Sebab indokator kesenjangan ini meningkat dari 30 pada 2003 menjadi 41 pada 2014.

"Ketimpangan yang sangat tajam bisa menghambat potensi pertumbuhan jangka panjang di Indonesia," ujar Sri Mulyani dalam sebuah diskusi, Selasa (26/7).

Ia menjelaskan, ketimpangan di Indonesia memang ditentukan oleh sejumlah hal yang di luar kendali bagi pada penderita. Sepertiga dari ketimpangan ini dikarenakan empat faktor yakni Provinsi di mana mereka lahir, apakah tempat lahir itu desa atau kota, apakah kepala rumah tangga seorang perempuan serta tingkat pendidikan orang tua.

Seorang bayi, ungkap mantan menteri keuangan ini, tidak pernah memilih di mana mereka akan dilahirkan dan dari ibu mana dia akan lahir. Saat mereka terlahir, faktor daerah jelas memberikan dampak penting. Sebab selama ini tidak semua daerah di Indonesia memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang bisa menunjang seorang bayi hingga tumbuh besar.

Faktor pendidikan orang tua juga penting sebab seorang bayi akan mengikuti dan diajarkan sesuai dengan pendidikan kedua orang tua mereka. Sehingga ketimpangan pendidikan orang tua jelas akan menurun ke anak mereka.

"Anak-anak Indonesia yang lahir dengan ketimpangan tersebut akan sulit mengatasi ketimpangan di masa depannya. Ketidak adilan ini harus segera diatasi," papar Sri Mulyani .

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement