REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sedang menyusun roadmap peningkatan ekspor Indonesia sebesar 500 persen. Peningkatan ekspor ini diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu 10 tahun dan menjadikan ekspor Indonesia mencapai 950 miliar dolar AS pada 2025 mendatang.
"Sebetulnya angka 500 persen itu untuk memprovokasi saja, memang rencananya Kadin Indonesia akan memberikan roadmap kepada pemerintah agar bisa meningkatkan ekspor," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani di Jakarta, Jumat (22/7).
Rosan menjelaskan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir perdagangan Indonesia menunjukkan penurunan karena terjadi pelemahan ekonomi global. Selama ini, Indonesia terlalu terlena dengan ekspor komoditas sumber daya alam, terutama ke Cina.
Saat ini harga komoditas sumber daya alam kurang bagus dan perekonomian Cina juga menurun sehingga ekspor Indonesia mulai bergejolak.
Menurut Rosan, hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan dunia usaha karena belum bisa menemukan pengganti barang ekspor yang nilainya setara dengan ekspor komoditas sumber daya alam. Dunia usaha mengharapkan, produk-produk manufaktur yang fluktuasinya tidak terlalu tinggi dan basis bahan bakunya ada di Indonesia bisa menjadi andalan ekspor baru untuk menggantikan ekspor komoditas sumber daya alam.
"Kita harus punya skala prioritas sektor industri apa saja yang mau didorong dan punya kemampuan ekspor yang baik. Hal ini harus dikoordinasikan dengan Kementerian Perindustrian," kata Rosan.
Apabila pemerintah sudah membuat skala industri prioritas maka dapat dikembangkan infrastruktur untuk mendukung sektor-sektor industri tersebut. Menurut Rosan, pembangunan industri manufaktur tidak bisa dilakukan secara bersamaan karena ada keterbatasan pendanaan, teknologi, dan sumber daya manusia. Kendala lain yang menjadi penghalang peningkatan ekspor yakni masih tingginya impor bahan mentah. Rosan mengatakan, kandungan bahan baku impor dalam produk yang diekspor sebesar 30 persen sampai 60 persen.