REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia rebound atau pulih dari posisi terendah dua bulan pada Rabu (20/7), karena pasar bereaksi terhadap penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat. Departemen Energi AS (DoE) melaporkan bahwa stok minyak mentah turun 2,3 juta barel pekan lalu, mengimbangi kenaikan mengejutkan dalam persediaan bensin selama musim puncak permintaan untuk bahan bakar kendaraan bermotor warga Amerika.
Harga patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 29 sen menjadi berakhir di 44,94 dolar AS di New York Mercantile Exchange. Sedangkan, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, naik 51 sen menjadi menetap di 47,17 dolar AS per barel di perdagangan London. Pada Rabu pagi dan menjelang pengumuman data, WTI telah mencapai posisi terendah 2,5 bulan pada 43,69 dolar AS per barel. "Kami telah melihat sedikit kejutan dalam seberapa banyak penurunan minyak terjadi," kata Bert Melek di TD Securities.
DoE mengatakan dalam laporan mingguannya bahwa stok minyak mentah komersial AS turun 2,3 juta barel menjadi total 519,5 juta barel pada pekan lalu, mencetak penurunan mingguan kesembilan berturut-turut.
Sebelum laporan persediaan AS, harga telah jatuh karena penguatan baru dalam dolar AS, membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lemah.
Harga minyak AS sudah mencapai posisi terendah dua bulan pada Selasa (19/7), setelah Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan global, mengutip dampak keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. IMF mengatakan mereka memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,1 persen tahun ini, lebih rendah dari perkiraan pada April. Pertumbuhan secara keseluruhan yang lebih lambat kemungkinan akan mengurangi ekspansi permintaan minyak mentah.