Rabu 20 Jul 2016 18:36 WIB

BCA Bukukan Laba Rp 9,6 Triliun

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
ATM Bank BCA, ilustrasi
Foto: Blogspot
ATM Bank BCA, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas mencatat peningkatan laba bersih pada keuangan semester I 2016 sebesar 12,1 persen secara tahunan (year on year) menjadi Rp 9,6 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8,5 triliun.

Pendapatan operasional ditopang oleh pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 15,5 persen menjadi Rp 26,1 triliun pada Semester I 2016 dari Rp 22,6 triliun pada Semester I 2015.

Menurut Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan, keberhasilan perseroan mencapai kinerja positif ini melalui penyaluran kredit secara berhati-hati dan pengelolaan aktif dana pihak ketiga (DPK).

"BCA sekali lagi menegaskan keunggulan di bidang perbankan transaksi, yah tercermin dari pertumbuhan saldo rekening transaksi, yaitu Rekening giro dan tabungan (CASA) menjelang hari raya Idul Fitri. Pertumbuhan CASA yang solid serta pengurangan biaya dana telah memungkinkan BCA untuk mempertahankan marjin bunga bersih pada level yang sehat, meskipun telah dilakukan penurunan suku bunga di berbagai segmen kredit," tutur Jahja saat Paparan kinerja Semester I 2016 di Jakarta, Rabu (20/7).

Dana pihak ketiga (DPK) tercatat meningkat 7,8 persen (yoy) menjadi Rp 490,6 triliun pada akhir Juni 2016, ditopang oleh pertumbuhan rekening giro dan tabungan (CASA). Dana CASA tumbuh 10,2 persen (yoy) mencapai Rp 381,3 triliun, berkontribusi sebesar 77,7 persen terhadap total DPK BCA pada akhir Juni 2016.

Dana tabungan tumbuh sebesar 12,6 persen (yoy) menjadi Rp 260,9 triliun, sedangkan dana giro naik sebesar 5,4 persen (yoy) menjadi Rp 120,4 triliun. Sementara itu dana deposito relatif stabil sebesar Rp 109,3 triliun.

Sedangkan outstanding portofolio kredit tercatat sebesar Rp 387,0 triliun pada akhir Juni 2016, naik 11,5 persen (yoy), didorong oleh penyaluran kredit korporasi yang tumbuh 19,6 persen (yoy) menjadi Rp 135,4 triliun.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement