REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbitan sukuk korporasi pada semester dua 2016 diprediksi masih lesu. Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) Salyadi Saputra mengatakan insentif untuk penerbitan sukuk nyaris tidak ada, hanya dari OJK. Hl itu menajdi tidak menarik bagi emiten untuk menerbitkan sukuk.
"Selama tidak ada intensif, terbitan sukuk korporasi akan rendah. Permintaan selalu ada sementara pasokan sedikit, respons terhadap sukuk sebenarnya selalu bagus," ungkap Salyadi, belum lama ini.
Sukuk selalu diikuti struktur yang berbeda dari konvensional dan ini dinilai menambah pekerjaan emiten. Sehingga ia memprediksi berisampai akhir tahun ini peningkatan penerbitan sukuk korporasi masih kurang signifikan.
Tahun ini, pemeringkatan sukuk di Pefindo pun tidak besar. Apalagi emiten baru akan cenderung memilih instrumen konvensional dulu sebelum yang canggih semacam sukuk.
"Mereka belajar dulu. Sukuk kan harus dipikirkan struktur dan skemanya. Buat emiten baru, obligasi saja luar biasa, diperingkat saja luar biasa. Kalau sejak awal sudah sukar, malah tidak jadi," tutur Salyadi.
Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Wahyu Trenggono melihat seret-nya terbitan sukuk korporasi karena ada beberapa faktor. Pertama, transaksi sukuk di pasar sekunder masih kurang likuid. Obligasi bisa diperjualbelikan hingga 100 kali per hari, sementara sukuk hanya empat kali sehari. Karena itu, sisi pasokan memang perlu terus ditambah agar pasar makin menarik.
Higgga Mei 2016, OJK mencatat ada 44 sukuk korporasi aktif dengan nilai Rp 9,416 triliun. Akumulasi terbitan sukuk korporasi per Mei 2016 mencapai 87 sukuk dengan total nilai terbitan Rp 16,114 triliun.