REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada hari ini, Rabu (15/6), bergerak melemah sebesar 11 poin menjadi Rp 13.404 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp 13.393 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali bergerak melemah bersamaan dengan kurs di kawasan Asia di tengah sentimen hasil keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan isu ke luarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
"Selain volatilitas yang biasa muncul menjelang pertemuan FOMC, aset berisiko juga kurang menarik di tengah isu Brexit, situasi itu membuat aset 'safe haven' seperti dolar AS menjadi incaran," katanya di Jakarta, Rabu (15/6).
Ia menambahkan bahwa pelemahan mata uang rupiah juga seiring dengan harga minyak mentah dunia yang sedang mengalami penurunan. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu pagi ini, berada di level 47,76 dolar AS per barel, turun 1,51 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 49,05 dolar AS per barel, melemah 1,57 persen.
Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bersifat temporer menyusul masih terjaganya laju inflasi nasional. "Rencana pemangkasan subsidi solar dan listrik terancam batal, situasi itu berpeluang mengoreksi harapan inflasi tinggi ke depannya," katanya.