REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli meminta PT PLN untuk berhati-hati dalam memilih kontraktor pembangkit listrik agar pengadaan listrik dapat terwujud dengan optimal dan bermanfaat bagi masyarakat.
Rizal saat memberikan sambutan dalam pertemuan koordinasi membahas pembangunan ketenagalistrikan di Jakarta, Selasa, memberikan contoh saat PT PLN menunjuk Tiongkok dalam berbagai pengadaan proyek pembangkit listrik pada periode 2009-2014.
"Kaitannya dengan Cina kita harus ekstra hati-hati. Yang pertama pengalaman listrik yang dulu 10.200 MW, kebanyakan dari Cina teknologinya dan kebanyakan hampir semuanya mengalami masalah 'maintenance'," katanya.
Menurut dia, belajar dari pengalaman terdahulu, kontraktor asal Tiongkok juga diduga sering melakukan upaya penyelewengan dengan mengganti spesifikasi barang saat PT PLN ingin membeli suku cadang untuk pembangkit listrik.
Untuk mengatasi kecurangan tersebut, Rizal menyarankan, PT PLN menggunakan kualitas kontrol dari negara maju seperti Jerman atau Austria yang lebih ketat dalam meneliti spesifikasi barang.
Selain itu, Rizal mengatakan PT PLN idealnya melakukan diversifikasi negara asal kontraktor pembangkit listrik agar jangan terlalu mempertimbangkan harga, namun juga melihat faktor kualitas.
"Buat kita tidak sehat kalau (kontraktor) seluruhnya Cina yang pegang. Oleh karenanya kualitas harus jadi faktor, tidak hanya harga. Selama ini sistem tender kita hanya harga saja. Saya rasa harus ada 'adjustment' dalam hal kualitas," katanya.
Meskipun demikian, Direktur Perencanaan Corporate PLN Nike Widyawati mengatakan kontraktor pembangkit listrik dari Jepang lebih dominan untuk mewujudkan target pengadaan listrik sebesar 35 ribu Megawatt di Indonesia pada 2019.
"Datanya 41,9 persen dari Jepang, Cina 26 persen. Sebetulnya itu sudah terlihat dari yang sudah kita tanda tangan asal negara tidak dominan dari negara yang disebutkan tadi (Cina)," katanya dalam kesempatan yang sama.
Selain Jepang dan Cina, PT PLN juga menjalin kerja sama pengadaan listrik, tidak hanya mempertimbangkan harga namun juga kualitas, dengan negara-negara Eropa dan Amerika.
"Karena pengadaan PLN bukan hanya melihat yang termurah tapi kualitas secara teknis. Kualitas mesin baru kita lakukan perbandingan harga," kata Nike.