Selasa 31 May 2016 17:49 WIB

Rini: Impor Pangan Diupayakan Terkendali

Rep: sonia fitri/ Red: Taufik Rachman
  Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto:
Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta petani tidak khawatir ketika pemerintah melakukan impor pangan jelang Ramadhan 2016. Sebab, praktik impor terkendali oleh BUMN pelaksana dan bertujuan untuk menstabilkan harga. Produk pangan petani akan tetap jadi prioritas beredar di pasar.

"Yang paling utama adalah kita ingin menjaga petani sehingga tetap semangat menanam dan juga menjaga harga konsumen jelang puasa dan lebaran," kata dia usai rapat koordinasi pengendalian harga pangan jelang Ramadhan, Selasa (31/5).

Misalnya untuk komoditas bawang merah, kata Rini, harganya telah ditetapkan dengan pelaksana Perum Bulog. Di mana minimal harga beli di petani Rp 15 ribu per kilogram dan dijual di konsumen Rp 25 ribu. Begitupun dengan beras yang harganya masih tinggi di pasar. Di tingkat grosir, harga beras diupayakan Rp 8.500 per kilogram.

Rini juga telah menginstruksikan praktik impor daging sapi oleh Bulog sebanyak 10 ribu ton dan Berdikari sebanyak 50 ribu ton. Daging-daginh tersebut akan berguna mengendalikan harga sapi sebagaimana keinginan Presiden Joko Widodo yakni memiliki harga rata-rata Rp 80 ribu per kilogram. "Sapi penting untuk memenuhi kebutuhan gizi dan protein masyarakat," tuturnya.

Dalam mengatur pola distribusi impor pangan, Bulog dan BUMN pelaksana lainnya bekerja sama dengan Kemendag dan Badan Pusat Statistik. Tujuannya agar segala tata kelola pengeluaran dan sasaran wilayah Operasi Pasar (OP) tepat dan efektif. OP serupa dilakukan untuk komoditas gula.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement