REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi (26/5) bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp 13.602 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.619 per dolar AS.
"Dolar AS melemah merata di pasar Asia, termasuk terhadap rupiah menyusul kembalinya tren kenaikan harga minyak mentah dunia. Sentimen itu berpeluang menjaga penguatan rupiah pada perdagangan hari ini," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Harga minyak mentah dunia jenis WTI crude naik sebesar 0,50 persen menjadi 49,81 dolar AS per barel dan Brent crude menguat 0,62 persen menjadi 50,05 dolar AS per barel.
Ia menambahkan bahwa imbal hasil surat utang negara (SUN) juga turun menandakan faktor kenaikan harga minyak dunia justru berpengaruh positif terhadap harga SUN atau dengan kata lain pengaruh pada pergerakan rupiah lebih mendominasi. Di sisi lain, kata dia, optimisme pemerintah bahwa pengampunan pajak atau tax amnesty bisa dilaksanakan pada Juli 2016 mendatang sedikit mengurangi ketidakpastian yang ada di pasar keuangan.
Namun, ia mengatakan bahwa pelaku pasar uang juga tetap perlu mewaspadai tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang biasanya tinggi menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Juni 2016.
Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sentimen yang datang dari Fitch Ratings yang kembali mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi atau investment grade berdampak positif terhadap psikologis pelaku pasar uang sehingga memperbaiki iklim investasi di dalam negeri.
Namun, menurut dia, kenaikan kurs rupiah juga masih dibayangi sentimen kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) pada Juni mendatang, membuat penguatannya cenderung terbatas.