REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, impor bahan pokok menjelang Ramadhan bukan merupakan solusi untuk menstabilkan harga di pasar. Menurutnya, pemerintah harus membuat rancangan jangka panjang untuk mengatur stok bahan pokok di dalam negeri.
"Pemerintah harus segera memperbaiki produksi di dalam negeri dan mempunyai rencana yang tepat. Ini usulan kami sejak tahun lalu, tapi sepertinya belum dijalankan," ujar Mansuri kepada Republika, Rabu (25/5).
Mansuri menambahkan, apabila pemerintah fokus untuk memperbaiki produksi dalam negeri dan memperluas distribusi barang maka harganya akan terkendali. Apalagi, persoalan kenaikan harga bahan pokok menjelang ramadan dan lebaran setiap tahun selalu berulang.
Mansuri mengatakan, mekanisme yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian sebetulnya sudah tepat karena mengambil stok langsung dari petani dan didistribusikan melalui gudang Bulog. Menurutnya, pola tersebut sudah efektif namun eksekusinya membutuhkan waktu. Oleh karena itu, perlu ada rencana dan sinkronisasi yang matang dari pemerintah.
"Kami menitikberatkan pada pola program pembenahan produksi jangka panjang," kata Mansuri.
Mansuri menambahkan, saat ini stok bawang merah di pasar sudah mencukupi namun memang harga rata-rata nasional masih tinggi yakni antara Rp 38 ribu sampai Rp 42 ribu per kilogram. Sementara, harga jual dari petani ke pengepul sekitar Rp 25 ribu per kilogram. Menurutnya, jika memang ada kenaikan semestinya harga jual di pasar paling mahal Rp 35 ribu per kilogram.
Mansuri menambahkan, Ikappi saat ini sedang mengkaji persoalan tingginya harga bawang merah tersebut. Sementara itu, komoditas bahan pokok yang dikhawatirkan melonjak tajam yakni gula, bawang putih, dan daging sapi.