REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjanjikan akan memberikan kelonggaran dalam kebijakan makro prudensial apabila perbankan dapat mengelola usahanya dengan baik di tengah kondisi perekonomian yang melemah.
Pertumbuhan kredit pada kuartal I 2016 sebesar 7,9 persen secara tahunan (year on year) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,5 persen (yoy).
"Kami ingin agar jangan sampai ekspansi kredit tertahan. Kalau seandainya bank-bank yang mengelola usahanya yang baik, NPL (Nonperforming Loan/kredit macet) terjaga, kita akan coba memberikan satu kelonggaran di makro prudensial," kata Agus Martowardojo saat ditemui di Jakarta, Senin (23/5).
Rasio kredit bermasalah (NPL) industri perbankan di kuartal I 2016 tercatat sekitar 2,8 persen (gross) atau 1,4 persen (net). Rasio NPL ini masih dalam tren meningkat selama beberapa bulan di awal 2016.
Kendati begitu, Agus masih belum dapat menyampaikan apa bentuk kelonggaran makro prudential tersebut. Menurutnya, saat ini pertumbuhan kredit pelan karena ekonomi dunia melemah. Hal itu berpengaruh pada ekonomi Indonesia dan permintaan kredit turun.
Baca juga: BI Prediksi Tax Amnesty Bisa Naikkan Kredit 2 Persen