Ahad 22 May 2016 19:12 WIB

Pekan Ini Rupiah Diprediksi Kembali Menguat

Rep: c37/ Red: Dwi Murdaningsih
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah.
Foto: Reuters
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada penutupan perdagangan pekan lalu, nilai tukar rupiah melemah di Rp 13.600 per dolar AS. Ekonom INDEF Eko Listiyanto menilai jika pelemahan nilai rupiah ini hanya bersifat sementara akibat wacana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS Fed Fund Rate (FFR).

"Kemarin 13.600 itu efek sementara saja. Karena FFR yang kemudian menyebabkan rupiah depresiasi," ujar Eko pada Republika, Ahad (22/5).

Selain akibat isu kenaikan FFR, pelemahan rupiah juga diakibatkan oleh fundamental ekonomi domestik. Seperti pertumbuhan kredit yang melambat sebagai indikator pertumbuhan ekonomi yang stagnan.

"Pertumbuhan Kredit makasih rendah, sehingga pertumbuhan ekonomi belum ada terakselerasi. Neraca perdagangan meski surplus tapi kalau dilihat dari capaian di bulan yang sama tahun lalu itu turun. Utang luar negeri yang naik itu juga pengaruh," jelas Eko.

Untuk nilai tukar rupiah ke depan, Eko menduga ini tergantung perilaku Bank Indonesia. Apabila BI Aktif di pasar, rupiah akan kembali tenang. Dia memprediksi rupiah kembali menguat satu pekan setelah isu FFR ini mereda. Apalagi pertumbuhan negara-negara di luar Amerika Serikat masih rendah. Seperti Cina yang pertumbuhan tahunannya cenderung menurun, diprediksi 6,5 persen. Kemudian Eropa dan juga Jepang.

"Jadi Amerika nggak mungkin pulih sendiri. Dia harus ada negara-negara lain yang ikut pulih," ujarnya.

Di sisi lain, ia menilai wajar jika nilai tukar rupiah terganggu apabila FFR dinaikkan. Hal tersebut juga berlaku untuk seluruh mata uang dunia. Namun, hal itu juga akan terjadi hanya sementara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement